- Gaji stabil tapi terasa cepat habis untuk cicilan.
- Mampu memiliki aset seperti rumah meski mencicil.
- Pendidikan anak jadi prioritas utama finansial.
Suara.com - Gaji bulanan terasa hanya numpang lewat? Setiap akhir bulan selalu dihadapkan pada pilihan antara menabung, membayar tagihan, atau sekadar menikmati kopi di kafe kekinian?
Jika Anda merasakan dilema ini, jangan langsung merasa paling menderita.
Bisa jadi, Anda sebenarnya sudah masuk dalam kategori kelas menengah Indonesia, sebuah kelompok yang secara ekonomi "serba tanggung" dan penuh tekanan.
Istilah kelas menengah seringkali diasosiasikan dengan kehidupan yang mapan dan nyaman.
Namun, realitanya jauh lebih kompleks. Terjebak di antara kelas bawah yang kerap mendapat bantuan sosial dan kelas atas yang punya keleluasaan finansial, kelas menengah menjadi kelompok yang harus berjuang sendiri di tengah inflasi dan ketidakpastian ekonomi.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Dunia, kelas menengah di Indonesia adalah mereka yang memiliki pengeluaran per kapita antara Rp2.040.262 hingga Rp9.909.844 per bulan.
Namun, angka ini tidak menceritakan keseluruhan kisah tentang tekanan yang mereka hadapi.
Bukannya tanpa penanda, status ini justru memiliki ciri-ciri jelas yang ironisnya sering dianggap sebagai keluhan "pas-pasan".
Berikut adalah lima tanda bahwa Anda sebenarnya sudah masuk dalam jebakan kelas menengah.
Baca Juga: Rapor Merah Tim Ekonomi Prabowo: 6 Menteri Ini Dinilai Layak Di-reshuffle, Siapa Saja?
1. Pendapatan Stabil Tapi Selalu Habis
Ciri utama kelas menengah adalah memiliki pekerjaan di sektor formal dengan pendapatan yang relatif stabil setiap bulannya.
Anda bukan lagi pekerja harian yang khawatir tidak bisa makan esok hari. Namun, kestabilan ini datang dengan paket lengkap: cicilan rumah (KPR), cicilan kendaraan, tagihan kartu kredit, biaya sekolah anak, dan berbagai kebutuhan sekunder lainnya.
Akibatnya, gaji yang terlihat besar di atas kertas terasa ludes seketika setelah tanggal gajian. Anggaran untuk hiburan, liburan, atau "self-reward" lainnya harus diperhitungkan dengan sangat matang, menciptakan ilusi finansial seolah tak ada kemajuan berarti.
2. Mampu Membeli Aset, Tapi dengan Cicilan Jangka Panjang
Memiliki rumah sendiri dan kendaraan pribadi adalah impian bagi banyak orang dan menjadi penanda status sosial.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Pemain Keturunan Jerman Ogah Kembali ke Indonesia, Bongkar 2 Faktor
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
Daftar Kementerian dan Instansi CPNS 2026, Diprediksi Bakal Buka Seleksi
-
BRI Sahabat Disabilitas, Dorong Difabel Berdaya Melalui Kegiatan Pelatihan dan Pemagangan
-
Influencer Tak Bisa Sembarangan, OJK: Harus Jujur Jika Endorse Produk Keuangan
-
Pakar Nilai Pengoperasian SPBU Kantong Bisa Tangani Masalah Stok BBM saat Bencana
-
Singgung SPBU Swasta Ogah Beli Base Fuel dari Pertamina, Bahlil: Jadi Aja Tukang Pijit!
-
Rencana Bandara Kertajati Jadi Pusat Bengkel Pesawat Terwujud, Pembangunan Tahap 1 Jalan
-
Mengenal Skema Ponzi: Dugaan Borok di Balik Bisnis Vendor Ayu Puspita Dinanti
-
Mendag Busan Mulai Kecangkan Ikat Pinggang Jaga Pasokan Bahan Pokok Saat Nataru
-
Ekonomi Melonjak, BP Batam Siapkan Strategi Kurangi Pengangguran
-
Operasi Tambang Emas Terafiliasi Astra International di Tapanuli Dibekukan KLH, Ini Kata Bahlil