Bisnis / Inspiratif
Minggu, 14 September 2025 | 18:02 WIB
PT Antam Tbk tercatat telah menanam lebih dari 1.400 bibit pohon saat memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia tahun lalu [Ist]

Suara.com - “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”

Bunyi amanat konstitusi yang tertuang dalam Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 itu kini menemukan momentumnya yang paling krusial.

Di tengah gejolak ekonomi global dan pergeseran rantai pasok dunia, Indonesia tidak bisa lagi hanya menjadi penonton dan menggali kekayaan alam hanya untuk diekspor mentah-mentah.

Hilirisasi kini tidak hanya jadi kebijakan semata, melainkan sebuah upaya fundamental untuk mengubah “kutukan sumber daya alam” menjadi berkah pembangunan yang berkelanjutan.

Momentum ini tidak jauh berbeda ketika negara ini akhirnya menemukan jalan keluar pasca krisis era 1990-an. Jika kepanikan krisis moneter tahun 1998 menjadi benih lahirnya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagai wujud kehadiran negara dalam menjaga kepercayaan perbankan, maka era ketidakpastian global saat ini memaksa negara hadir lebih pada sektor riil.

Negara, melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Holding Industri Pertambangan MIND ID dan salah satu pilar utamanya, PT Aneka Tambang Tbk (Antam), kini bertindak bukan hanya sebagai regulator, melainkan memiliki peran vital selaku orkestra industri.

Dalam pandangan awam, peran perusahaan tambang mungkin tampak monoton: menggali, menjual, dan mencetak laba. Ibarat kata, fungsinya hanya sebatas mengisi kas negara.

Ini tidak salah, sebab sejarah dan tugas utamanya memang begitu. Namun, memandang Antam hanya dari lensa ini berarti melewatkan sebuah transformasi besar yang sedang berjalan dalam sunyi.

Antam kini beroperasi dengan mesin ganda: mesin pertama memacu kinerja makroekonomi melalui produksi dan proyek-proyek strategis, sementara mesin kedua menggerakkan nadi ekonomi mikro di tingkat akar rumput melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang terukur dan berdampak nyata.

Baca Juga: Emas Antam Anjlok, Tapi Harganya Masih Tinggi Rp 2.088.000 per Gram

Mesin Makro: Denyut Laba dan Produksi untuk Negara

Kinerja finansial Antam pada tahun 2024 menjadi bukti sahih dari mesin pertama yang bekerja optimal. Perusahaan berhasil membukukan penjualan bersih tertinggi sepanjang sejarah sebesar Rp69,19 triliun, sebuah lompatan kuantum 69% dari tahun sebelumnya.

Catatan positif ini tidak semata-mata dampak dari harga komoditas, melainkan cerminan dari strategi operasional yang solid, yang juga menghasilkan laba usaha Rp3,00 triliun (tumbuh 15% YoY) dan menjaga total aset tetap kokoh di angka Rp44,52 triliun.

Angka-angka gemilang ini didasari oleh dinamika produksi yang tepat di setiap komoditasnya:

1. Nikel sebagai Tulang Punggung

Dengan produksi bijih nikel yang stabil di 9,94 juta wmt dan feronikel di 20.103 ton pada 2024, Antam memastikan perannya sebagai pemasok utama bagi industri baja nirkarat dan, yang paling krusial, fondasi bagi ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) nasional.

Load More