-
Ekonom dorong transaksi energi primer wajib menggunakan Rupiah di dalam negeri
-
Kebijakan ini penting hindari kerugian fluktuasi kurs yang bebani BUMN
-
Beban usaha PLN tinggi, pemerintah perlu intervensi kontrak Take Or Pay
Suara.com - Ekonom Konstitusi Defiyan Cory mendorong pemerintah mewajibkan seluruh transaksi energi primer di dalam negeri menggunakan mata uang Rupiah.
Upaya untuk menghindari kerugian akibat fluktuasi kurs asing yang selama ini membebani BUMN energi.
Menurut Defiyan, beban selisih kurs selama ini justru lebih banyak ditanggung perusahaan negara seperti PLN dan Pertamina, sementara sektor keuangan diuntungkan dari volatilitas nilai tukar.
"Stabilitas keuangan PLN harus didukung dengan kebijakan fiskal dan moneter yang konsisten, agar tidak menimbulkan beban tambahan dari luar sistem manajemen perusahaan," ujar Defiyan kepada wartawan seperti dikutip Jumat (26/9/2025).
Ia menilai, intervensi kebijakan diperlukan agar kontrak-kontrak besar di sektor energi tidak terus bergantung pada valuta asing. Dengan mewajibkan penggunaan Rupiah, biaya operasional akan lebih terkendali sekaligus memperkuat kedaulatan moneter nasional.
Dalam hal ini, Defiyan juga menyinggung kinerja keuangan PLN. Berdasarkan laporan semester I 2025, PLN mencatatkan pendapatan Rp 281 triliun, naik dari Rp 262 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Penjualan tenaga listrik menjadi penyumbang terbesar dengan nilai Rp 179,58 triliun, atau tumbuh 4,53 pers dibanding semester I 2024.
Sepanjang 2024, pendapatan PLN mencapai Rp 545,4 triliun, tumbuh 11,9 persen secara tahunan dari Rp 487,38 triliun pada 2023. Sementara laba usaha semester I 2025 tercatat Rp 30 triliun, naik 7,1 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Defiyan menyoroti tingginya beban usaha PLN, terutama dari biaya bahan bakar dan pelumas Rp 94 triliun serta pembelian tenaga listrik Rp 91 triliun. Ia menilai pemerintah perlu turun tangan, khususnya terkait kontrak Take Or Pay (TOP) yang dianggap membebani keuangan PLN.
Baca Juga: Indonesia Terdepan di Asia Pasifik dalam Transisi Energi, Kalahkan Rata-rata Regional
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
Pilihan
-
Tekad Besar Putu Panji Usai Timnas Indonesia Tersingkir di Piala Dunia U-17 2025
-
Cek Fakta: Viral Isu Rektor UGM Akui Jokowi Suap Rp100 Miliar untuk Ijazah Palsu, Ini Faktanya
-
Heimir Hallgrimsson 11 12 dengan Patrick Kluivert, PSSI Yakin Rekrut?
-
Pelatih Islandia di Piala Dunia 2018 Masuk Radar PSSI Sebagai Calon Nahkoda Timnas Indonesia
-
6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
Terkini
-
Express Discharge, Layanan Seamless dari Garda Medika Resmi Meluncur: Efisiensi Waktu dan Pembayaran
-
COP30 Brasil: Indonesia Dorong 7 Agenda Kunci, Fokus pada Dana dan Transisi Energi
-
Redenominasi Rupiah Bikin Harga Emas Makin Mentereng? Ini Kata Pengamat
-
Rapel Gaji PNS dan PPPK Mulai Cair November? Cek Mekanismenya
-
637 Ambulans BRI Peduli Telah Hadir, Perkuat Ketahanan Layanan Kesehatan Nasional
-
MIND ID Perkuat Komitmen Transisi Energi Lewat Hilirisasi Bauksit
-
Mengapa Bunga Pindar jadi Sorotan KPPU?
-
Rekomendasi Tempat Beli Perak Batangan Terpercaya
-
Old Money Ilegal Disebut Ketar-ketir Jika Menkeu Purbaya Terapkan Kebijakan Redenominasi
-
Fintech Syariah Indonesia dan Malaysia Jalin Kolaborasi, Dorong Akses Pembiayaan Inklusif