- Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya Sugiarto, menegaskan bahwa penanganan polusi udara di kawasan aglomerasi seperti Jabodetabekpunjur.
- Menurut Bima Arya, tantangan polusi di wilayah ini sangat kompleks dan saling terhubung
- Bima Arya mendesak kepala daerah di wilayah aglomerasi untuk tidak hanya membangun infrastruktur ramah lingkungan, tetapi juga menciptakan kultur penggunaan transportasi publik.
Suara.com - Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya Sugiarto, menegaskan bahwa penanganan polusi udara di kawasan aglomerasi seperti Jabodetabekpunjur tak bisa diselesaikan sendiri-sendiri. Ia menyerukan perlunya penguatan strategi melalui kerja sama lintas wilayah yang terintegrasi.
Menurut Bima Arya, tantangan polusi di wilayah ini sangat kompleks dan saling terhubung, sehingga harus ditangani dengan kebijakan berbasis bukti, sistem pelaporan yang jelas, dan penindakan tegas terhadap sumber polusi.
“Pada saat yang sama, kesadaran publik dan penyediaan transportasi publik yang memadai harus didorong secara simultan. Kita perbaiki sistemnya, lakukan inovasi agar sarana semakin baik, dan terus mengedukasi warga agar mau dan bisa menggunakan transportasi publik,” ujar Bima Arya melalui keterangan tertulis dikutip Selasa (30/9/2025).
Lebih lanjut, Bima Arya mendesak kepala daerah di wilayah aglomerasi untuk tidak hanya membangun infrastruktur ramah lingkungan, tetapi juga menciptakan kultur penggunaan transportasi publik di masyarakat. Kunci utamanya adalah teladan dari pejabat publik.
"Pejabat publik perlu memberi teladan dengan menggunakan transportasi umum agar meningkatkan sensitivitas dan mendorong partisipasi publik," tegasnya.
Bima yakin bahwa jika terjadi gerakan masif masyarakat beralih ke transportasi publik, pemerintah akan semakin terdorong untuk memperbaiki layanan. Strategi pengendalian pencemaran udara pun dapat diterapkan dengan lebih presisi.
Di sisi lain, Co-Founder Bicara Udara, Novita Natalia, sepakat bahwa kerja sama kawasan aglomerasi adalah solusi. Namun, ia menyoroti masalah mendasar yang menghambat: perbedaan kepentingan politik antar daerah.
"Masalah dasar yang terjadi adalah setiap daerah memiliki kepentingan politik yang berbeda sehingga menghambat koordinasi antar wilayah," kata Novita.
Novita menyerukan komitmen "Jejak Langkah untuk Udara Bersih" dan menekankan bahwa penanganan polusi udara lintas daerah harus dijadikan prioritas. Ia mengamini usulan Bima Arya.
Baca Juga: Kebijakan Pengendalian Udara 20 Tahun Mati Suri, Investasi Ekonomi Terancam?
"Para pemimpin harus mencontohkan dengan menggunakan transportasi publik agar dapat merasakan kualitasnya secara langsung dan mendorong perbaikan berkelanjutan," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
Terkini
-
Anggaran THR dan Gaji Ke-13 Guru ASN Ditambah Rp7,66 T, Ini Ketentuannya
-
Lompati Target, Setoran PNBP Sektor Minerba Telah Tembus Rp 124,63 Triliun
-
Pemerintah Jamin Beras Nggak Langka di 2026
-
Analisis Teknikal DKFT Akhir Tahun 2025 dan Target Harga Saham 2026
-
Ramai Foto Gundul di Lereng Gunung Slamet, Ini Penjelasan ESDM soal WKP Baturaden
-
Selain Stop Impor, Bahlil Berambisi Tingkatkan Kualitas Solar jadi Euro 5
-
Panduan Lengkap Aktivasi Coretax DJP untuk Lapor SPT Tahunan 2025-2026
-
Cara Input Progres Harian di E-Kinerja BKN
-
Target Swasembada Gula Putih 2026, Mentan Bakal Bongkar 300 Ribu Hektare Lahan Tebu
-
Mulai 2026, Utang ke Pinjol Bakal Lebih Ketat