Bisnis / Makro
Jum'at, 10 Oktober 2025 | 12:28 WIB
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa saat menyampaikan keterangan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (19/9/2025). ANTARA/Andi Firdaus/am.
Baca 10 detik
  • Menteri Keuangan Purbaya menegaskan pajak e-commerce baru akan diterapkan jika ekonomi tumbuh minimal 6 persen.
  • Penundaan dilakukan agar kebijakan tidak mengganggu daya beli sebelum dampak stimulus Rp200 triliun terlihat.
  • Semua marketplace akan ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22, dengan sistem pemungutan yang sudah siap.

Suara.com - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan kalau pajak e-commerce baru diterapkan apabila ekonomi Indonesia mulai membaik. Ia membantah kalau pajak pedagang online bisa diterapkan tahun depan.

Hal ini dilontarkan Menkeu Purbaya sekaligus membantah Dirjen Pajak Kementerian Keuangan Bimo Wijayanto yang sempat menyebut pemungutan pajak e-commerce berlaku Februari 2026.

"Kan menterinya saya," kata Purbaya, dikutip dari Antaranews, Jumat (10/10/2025).

Bendahara Negara menjelaskan kalau kebijakan itu berlaku apabila ekonomi Indonesia tumbuh 6 persen atau lebih. Menurutnya, saat ini kondisi memang mulai membaik, tapi belum cukup.

"Saya bilang akan kita jalankan kalau ekonomi sudah recover. Mungkin kita sudah akan recover. Tapi belum recover fully. Lets say ekonomi tumbuh 6 persen atau lebih, baru saya pertimbangkan," lanjut dia.

Purbaya sebelumnya juga mengatakan kalau kebijakan pajak untuk penjual marketplace ditunda karena sempat viral.

"Saya lihat begini, ini kan baru ribut-ribut kemarin nih. Kita tunggu dulu deh," kata Purbaya dalam media briefing di kantornya, Jakarta, Jumat (26/9/2025).

Penundaan ini, menurut Purbaya, dilakukan secara sengaja. Pemerintah ingin melihat dampak dari kebijakan stimulus ekonomi yang sudah lebih dulu diluncurkan, yaitu penempatan dana sebesar Rp200 triliun di perbankan. Dana tersebut diharapkan dapat mendorong perputaran ekonomi dan menggerakkan sektor riil.

"Paling tidak sampai kebijakan Rp200 triliun untuk mendorong perekonomian mulai kelihatan dampaknya, baru kita akan pikirkan nanti. Jadi kita nggak ganggu dulu daya beli sebelum dorongan ekonomi masuk ke sistem perbankan," tegasnya.

Baca Juga: Bersih-Bersih Pajak! Ini Sosok Dirjen yang Berani Pecat Puluhan Pegawai Nakal

Apabila dampak positif dari stimulus tersebut sudah terlihat, barulah kebijakan pajak e-commerce akan diberlakukan. Purbaya juga menegaskan bahwa nantinya semua penyedia marketplace akan ditunjuk sebagai pemungut pajak, tidak hanya e-commerce tertentu. Ia memastikan sistem pemungutan sudah siap sepenuhnya.

"Semuanya, bukan e-commerce tertentu. Kalau ada tertentu yang enggak ikut (ditunjuk), Anda bikin perusahaan di situ. Kami sudah ngetes sistemnya. Uangnya sudah diambil beberapa. Jadi sistemnya sudah siap," imbuhnya.

Diketahui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan fokus tujuan aturan niaga elektronik (e-commerce) memungut Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 dari pedagang, lebih menyoal penyederhanaan administrasi, bukan untuk mendongkrak penerimaan pajak.

Pengenaan pajak ini bukan merupakan jenis pajak baru. Pelaku usaha dengan omzet di atas Rp500 juta dalam setahun dikenakan pajak sebesar 0,5 persen, baik bersifat final maupun tidak final.

Hanya saja, dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 37 Tahun 2025, pajak itu diterapkan terhadap pedagang daring di mana pemungutannya dilakukan oleh lokapasar.

Load More