Bisnis / Properti
Kamis, 23 Oktober 2025 | 06:37 WIB
ARSIP - Sebagai Ilustrasi - Pengunjung melihat kondisi bekas pabrik semen Indarung I di kawasan PT Semen Padang, Indarung, Sumatera Barat. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Baca 10 detik
  • Volume penjualan domestik semen masih lesu.
  • Harga jual rata-rata (ASP) terus meningkat tajam pada Oktober 2025. 
  • INTP diperkirakan mencatatkan kinerja yang sesuai ekspektasi pasar. 

Suara.com - Industri semen nasional menunjukkan dinamika yang menarik menjelang akhir tahun, di mana volume penjualan domestik pada September 2025 kembali menunjukkan pelemahan secara tahunan (Year-on-Year/YoY), namun di sisi lain harga jual rata-rata (Average Selling Price/ASP) justru melanjutkan tren kenaikan yang signifikan.

Volume penjualan domestik pada September tercatat sebesar 5,86 juta ton, turun tipis 1,9% YoY. Meskipun demikian, angka ini sedikit membaik 1,1% secara bulanan (Month-on-Month/MoM).

Secara kumulatif, total volume penjualan selama sembilan bulan pertama tahun 2025 (9M25) mencapai 44,61 juta ton, atau turun 3,1% YoY dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Pelemahan ini terutama didorong oleh permintaan semen curah (bulk) yang masih sangat lemah, anjlok 7,9% YoY. Kondisi ini mencerminkan minimnya aktivitas proyek infrastruktur dan komersial berskala besar.

Untungnya, penurunan diimbangi oleh permintaan semen kantong (bag cement) yang stabil, bahkan meningkat 0,9% YoY dan 1,0% MoM, menunjukkan permintaan dari sektor ritel dan perumahan masyarakat masih terjaga.

Secara regional, permintaan di Pulau Jawa menunjukkan sedikit perbaikan, naik 2,3% MoM, sementara wilayah di luar Jawa justru sedikit terkontraksi 0,2% MoM.

Di tengah tantangan volume, perusahaan semen berhasil menerapkan kenaikan harga yang berkelanjutan. Pada Oktober 2025, harga semen nasional kembali naik.

Harga jual rata-rata Tier-1 sudah meningkat 3,7% sejak awal tahun (Year-to-Date/YTD), sementara ASP Tier-2 naik 1,7% YTD.

Tren kenaikan ini berlaku secara merata. Secara bulanan, ASP Tier-1 naik 1,3% MoM, dan Tier-2 bahkan melonjak 2,5% MoM.

Baca Juga: Bongkar Saham PJHB: Prospek, Bisnis, Proyeksi Pendapatan, dan Harga IPO

Merek-merek pesaing (fighting brands) juga ikut menaikkan harga jual rata-rata mereka dalam kisaran 0,4% hingga 3,9% MoM, menandakan solidnya upaya industri dalam menjaga tingkat harga jual.

Proyeksi Laba Kuartal III: INTP Unggul, SMGR Tertekan

Proyeksi kinerja keuangan Kuartal III 2025 menunjukkan hasil yang bervariasi antara dua pemain utama di industri ini, yakni Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) dan Semen Indonesia (SMGR).

INTP diperkirakan mencatatkan kinerja yang sesuai ekspektasi pasar. Pendapatannya diprediksi turun 4,1% YoY, sebagian besar karena volume yang lebih rendah.

Namun, pendapatan per lembar saham INTP ditopang oleh ASP yang lebih tinggi (mencapai Rp886 ribu per ton) dan komposisi penjualan semen kantong yang kuat (69,7%).

Meskipun demikian, laba bersih INTP diproyeksikan turun 15,8% YoY menjadi Rp523 miliar karena tekanan biaya yang diakibatkan volume yang lebih rendah.

Load More