Bisnis / Energi
Jum'at, 24 Oktober 2025 | 14:54 WIB
Elias Inyomusi, warga Kampung Iraiweri, Distrik Anggi, Pegunungan Arfak, Papua Barat menyebutkan bahwa rumah-rumah di kampungnya mendapat aliran listrik dari PLTMH Anggi (Dok: ESDM)

Suara.com - Program Listrik Desa (Lisdes) dan Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) kini membawa terang hingga ke pelosok negeri. Di bawah kepemimpinan Presiden RI Prabowo Subianto, pemerintah memperluas akses energi untuk masyarakat desa, terutama yang tinggal di wilayah terpencil.

Kehadiran listrik di desa-desa menjadi bukti nyata hadirnya negara sekaligus membuka peluang baru bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi.

“Di desa-desa terpencil, cahaya listrik kini menjadi simbol kehadiran negara dan pembuka jalan bagi kesempatan sosial-ekonomi. Listrik tidak lagi hanya aspek penerangan, namun meningkatkan pula akses pendidikan, produktivitas, dan taraf hidup masyarakat,” ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia di Jakarta, Selasa (21/10/2025).

Program Listrik Desa telah menjangkau 10.068 lokasi dan memberikan akses kepada lebih dari 1,2 juta calon pelanggan baru. Sementara realisasi Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) periode 2024 telah mencapai 155.429 rumah tangga (RT). Untuk periode Januari–September 2025, jumlah penerima bertambah 135.482 RT dari target 215.000 RT hingga akhir tahun.

Melalui program ini, pemerintah berkomitmen memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dan mempercepat pemerataan energi nasional sebagai bagian dari keadilan dan kemandirian bangsa.

Ruslam, warga Desa Bandar Jaya, Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, menyatakan kini rumahnya terang setiap malam (Dok: ESDM)

Bahlil menyebut rasio elektrifikasi nasional saat ini telah mencapai 99,1 persen. Sisanya merupakan wilayah yang sulit dijangkau karena letak rumah penduduk tersebar di pulau-pulau terluar dan daerah pedalaman.

Untuk menjangkau wilayah tersebut, pemerintah mempercepat transformasi menuju energi bersih dengan memperbanyak pembangkit listrik energi terbarukan.

“Perubahan arah kebijakan juga mencakup transformasi menuju energi yang bersih dan berkelanjutan. Pemerintah sudah meresmikan puluhan pembangkit energi terbarukan, mempercepat proyek PLTS berkapasitas 100 gigawatt, dan melibatkan koperasi desa dalam transisi energi. Ekonomi dan ekologi tidak harus dipertentangkan. Keduanya bersinergi menciptakan fondasi pembangunan yang berkelanjutan, inklusif, dan merata,” ucap Bahlil.

Bahlil juga menegaskan tekad pemerintah untuk mempercepat pencapaian elektrifikasi 100 persen. “Setelah 80 tahun merdeka, tidak selayaknya ada warga yang masih mengalami gelap gulita,” tuturnya.

Baca Juga: Setahun Berdampak: EBT Buka Harapan Baru dari Kebun Sawit hingga Desa Terpencil

Manfaat program BPBL kini dirasakan langsung oleh warga. Ruslam, warga Desa Bandar Jaya, Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, mengaku kini rumahnya terang setiap malam.

“Alhamdulillah, sekarang rumah kami terang, tanpa harus mikir beli bensin tiap malam. Anak-anak bisa belajar sampai malam, istri bisa menjahit tanpa terburu-buru, dan saya bisa istirahat dengan tenang,” kata Ruslam.

Cerita serupa datang dari Elias Inyomusi, warga Kampung Iraiweri, Distrik Anggi, Pegunungan Arfak, Papua Barat. Kini rumah-rumah di kampungnya mendapat aliran listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Anggi.

“Semua rumah itu harus dapat listrik, supaya untuk kami punya anak-anak kami itu bisa belajar, mamak-mamak bisa masak dengan (penerangan) lampu. Saat saya lahir di sini, kami belum ada lampu. Kami bikin api. Kami baca, belajar, itu pasang, bikin gelegar untuk jadi pelita,” ujar Elias.

Pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi 100 persen pada tahun 2030. Dengan begitu, tak ada lagi warga yang hidup dalam kegelapan.***

Load More