Bisnis / Makro
Senin, 27 Oktober 2025 | 14:23 WIB
ARSIP [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • MSCI konsultasi metodologi free-float Indonesia yang lebih ketat.

  • Perubahan berpotensi turunkan bobot di indeks dan picu outflow.

  • Emiten CUAN, ICBP, KLBF, INDF berisiko tertinggi terdepak dari MSCI.

Suara.com - MSCI, penyedia indeks global yang memiliki pengaruh besar terhadap aliran dana asing (foreign flow) di seluruh dunia, kini sedang melakukan tinjauan mendalam yang secara spesifik menargetkan pasar modal Indonesia.

Tinjauan ini berupa konsultasi mengenai metodologi penghitungan free-float (saham yang bebas diperdagangkan) bagi konstituen perusahaan Indonesia.

Perubahan ini, jika diimplementasikan, berpotensi signifikan mengubah bobot saham Indonesia di indeks MSCI dan memicu pergerakan modal asing.

Ancaman Penurunan Bobot dan Potensi Outflow

Mengapa langkah MSCI ini menjadi perhatian serius bagi pelaku pasar domestik? Bobot saham suatu negara di indeks MSCI adalah penentu utama seberapa besar dana investasi pasif dari investor global akan masuk.

Jika free-float saham perusahaan Indonesia dihitung menjadi lebih kecil—sesuai proposal MSCI—maka secara matematis, bobot Indonesia dalam indeks akan turun.

Penurunan bobot ini berpotensi memicu outflow atau keluarnya dana asing dari pasar saham domestik.

Saat ini, MSCI mengusulkan formulasi perhitungan free-float yang jauh lebih ketat, yaitu mengambil angka yang lebih rendah dari dua opsi berikut:

  1. Data Resmi Perusahaan: Free-float dihitung menggunakan data kepemilikan publik yang diungkapkan dalam laporan resmi, filing, dan rilis pers perusahaan.
  2. Estimasi KSEI (Lembaga Kliring): Free-float diperkirakan dari data KSEI dengan mengklasifikasikan kepemilikan tertentu sebagai non-free-float (tidak bebas diperdagangkan), seperti semua Scrip Shares (saham dalam bentuk fisik) dan kepemilikan yang terdaftar di bawah kategori Korporasi (Corporates) dan Lain-lain (Others).

Inti dari usulan ini jelas: lebih banyak saham akan dianggap tidak bebas diperdagangkan karena kepemilikan yang terkonsentrasi di tangan grup atau korporasi akan dikecualikan. Hal ini akan menyebabkan free-float Indonesia secara agregat cenderung turun.

Baca Juga: BEI Ungkap 13 Perusahaan Siap-siap IPO, Lima Perseroan Miliki Aset Jumbo

Selain perubahan metodologi free-float, MSCI juga mengumumkan aturan pembulatan baru yang akan berlaku mulai review Mei 2026.

Selama ini, banyak saham Indonesia diuntungkan oleh aturan pembulatan ke atas, yang secara artifisial meningkatkan bobot dan menarik flow masuk lebih besar.

Dampak tambahan dari aturan ini adalah hilangnya "keuntungan" pembulatan ke atas yang sebelumnya dinikmati banyak emiten, menambah tekanan pada bobot indeks.

Empat Emiten Raksasa Berisiko Tinggi Didepak

Dengan metodologi baru yang berpotensi menyebabkan free-float Indonesia turun signifikan, beberapa saham unggulan di Indonesia terancam dikeluarkan dari MSCI Index. Hal ini menjadi risiko terbesar karena dapat memicu penjualan besar-besaran oleh dana indeks asing.

Menurut analisis BNI Sekuritas, beberapa emiten berada dalam urutan risiko tertinggi untuk terdepak dari MSCI Index:

Load More