Bisnis / Makro
Sabtu, 01 November 2025 | 10:43 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat ditemui di kantornya pada Senin (13/10/2025). [Suara.com/Dicky Prastya]
Baca 10 detik
  • Pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan negosiasi dagang krusial dengan Amerika Serikat (AS) dalam upaya mendapatkan tarif 0 persen.
  • Sejumlah produk komoditas seperti kelapa sawit, kakao, karet, hingga produk mineral menjadi incarannya.
  • Menkeo Airlangga mengungkapkan bahwa perundingan lanjutan dengan AS akan segera digelar setelah KTT APEC di Korea Selatan.

Suara.com - Pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan negosiasi dagang krusial dengan Amerika Serikat (AS) dalam upaya mendapatkan tarif 0 persen untuk sejumlah komoditas andalan, termasuk kelapa sawit, kakao, karet, hingga produk mineral.

Negosiasi ini dipandang sebagai langkah strategis untuk mengamankan pasar AS di tengah tantangan proteksionisme global.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa perundingan lanjutan dengan AS akan segera digelar setelah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Korea Selatan berakhir.

“Negosiasi dengan Amerika kita akan lanjutkan sesudah APEC ini. Komoditas yang di-nol-kan hampir sama dengan Malaysia yang tidak bisa diproduksi Amerika Serikat, sawit, cocoa, rubber, dan lainnya,” ujar Menko Airlangga dalam keterangan tertulis, Jumat (31/10/2025).

Meskipun Indonesia berjuang mendapatkan tarif 0% untuk produk unggulan, Airlangga menegaskan bahwa diskon tarif sebesar 19 persen yang diberikan AS untuk Indonesia sudah bersifat final. Artinya, negosiasi lanjutan hanya berfokus pada pengecualian komoditas tertentu.

Namun, isu terbesar yang dihadapi Indonesia ternyata bukan lagi soal tarif, melainkan hambatan non-tarif (non-tariff barrier).

"Yang 19% sudah final. Jadi tinggal mencari komoditas-komoditas yang dikecualikan. Dan yang kedua, yang paling banyak bukan mengenai tarif, tapi non-tariff barrier," tegas Airlangga, mengindikasikan bahwa perundingan akan lebih alot pada aspek standar keberlanjutan, lingkungan, dan regulasi produk.

Khusus untuk komoditas mineral kritis (critical mineral), negosiasi akan dilakukan dalam forum yang terpisah. Mineral ini menjadi penting karena berhubungan langsung dengan rantai pasok global (terutama untuk baterai kendaraan listrik dan teknologi tinggi).

Airlangga menjelaskan bahwa pembahasan mineral kritis akan fokus pada isu supply chain dan akan disebut sebagai industrial communitie dalam pernyataan bersama (joint statement), mencerminkan upaya Indonesia untuk mengintegrasikan diri lebih dalam ke dalam ekosistem industri AS.

Baca Juga: Menko Airlangga Sebut Ekonomi Indonesia Solid: Investasi Tembus Rp1.434 T, Konsumsi Tetap Kuat

Menurut Airlangga keberhasilan negosiasi ini akan sangat menentukan daya saing produk ekspor Indonesia di pasar Paman Sam, sekaligus menjadi validasi atas upaya Indonesia menembus benteng-benteng regulasi protektif AS.

Load More