Bisnis / Energi
Kamis, 06 November 2025 | 08:04 WIB
Pemanfaatan energi terbarukan sebagai sumber penyediaan listrik dapat menjadi salah satu strategi mencapai swasembada energi Indonesia.
Baca 10 detik
  • Edukasi publik penting guna bijak energi, subsidi tepat sasaran.

  • Kolaborasi perguruan tinggi percepat riset EBT sesuai kondisi lokal.

  • EBT turunkan biaya produksi, tingkatkan daya saing UMKM kecil.

Suara.com - Pakar kebijakan publik Universitas Nusa Cendana, David BW Pandie, menekankan ada dua poin penting yang perlu diperhatikan pemerintah untuk mewujudkan swasembada energi.

Pertama, edukasi publik soal kondisi energi nasional yang masih rentan terhadap impor dan kebocoran subsidi. Edukasi ini dinilai penting agar masyarakat lebih bijak menggunakan energi dan subsidi bisa tepat sasaran.

Kedua, memperkuat kolaborasi dengan perguruan tinggi untuk mempercepat riset Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang sesuai dengan karakteristik lokal.

"Ilmu kita harus kuat untuk hasilkan EBT sesuai kondisi lokal. Sumber daya manusia dulu yang diperkuat, jadi peran teknologi penting untuk mendorong energi terbarukan lebih cepat. Kalau tidak, transisi akan lama dan tidak berujung," ujarnya seperti dikutip di Jakarta, Kamis (6/11/2025).

Ilustrasi Transisi Energi, Energi Baru dan Terbarukan. [Dok Pertamina NRE].

Sementara itu, Pakar ekonomi Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW), Frits Fanggidae, menilai pengembangan EBT juga berdampak signifikan terhadap efisiensi biaya produksi dan peningkatan daya saing pelaku usaha kecil.

"EBT akan membuat biaya produksi turun. Kalau energi murah, efisiensi naik, kapasitas produksi tumbuh, dan daya saing meningkat," jelasnya.

Namun, ia mengingatkan bahwa elektrifikasi melalui EBT saja belum cukup. "Listrik saja tidak cukup. UMKM-nya harus dipersiapkan. Pemerintah perlu rangkul Kementerian UMKM agar industri kecil pindah ke desa-desa yang sudah terang," imbuh Fanggidae.

Adapun pemerintah terus memperkuat ketahanan energi di kawasan timur Indonesia. Salah satunya melalui peresmian Fuel Terminal Labuan Bajo berkapasitas 488 kiloliter (KL) oleh PT Pertamina Patra Niaga, serta Program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) yang telah mengalirkan listrik ke 112 rumah di Desa Winebetan, Minahasa, Sulawesi Utara.

Hingga semester I 2025, bauran EBT nasional telah mencapai 16 persen, sedikit di bawah target 17–20 persen untuk tahun ini. Pemerintah optimistis bisa menutup gap tersebut melalui percepatan pembangunan pembangkit EBT yang kini total kapasitasnya mencapai 13.155 MW.

Baca Juga: Genjot Pemanfaatan EBT, RI Targetkan 60 Persen Listrik dari Sumber Terbarukan

Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, PLN menargetkan penambahan kapasitas pembangkit baru sebesar 69,5 GW, dengan porsi EBT mencapai 76 persen, termasuk tenaga surya, air, angin, panas bumi, dan bioenergi.

Load More