-
SLIK OJK bukan satu-satunya acuan nilai kelayakan kredit.
-
LJK harus pertimbangkan karakter dan kapasitas pembayaran debitur.
-
Perekonomian global melambat, namun IMF revisi proyeksi pertumbuhan.
Suara.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menekankan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) bujan menjadi satu-satunya acuan dalam proses penilaian kelayakan kredit oleh lembaga keuangan.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengungkapkan lembaga jasa keuangan (LJK) tetap memiliki ruang untuk menilai berbagai aspek lain di luar status kredit calon debitur. Adapub, penilain kelayakan kredit, tidak hanya bergantung pada catatan dalam SLIK.
"Informasi pada SLIK yang memuat status pemberian kredit tidak menjadi satu-satunya acuan dalam penilaian kelayakan calon debitur," ujar Mahendra dalam konferensi pers virtual Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK, Jumat (7/11/2025).
Menurut dia, lembaga keuangan tetap memiliki ruang untuk mempertimbangkan berbagai faktor lain. Salah satunya, karakter, legalitas, arus kas, serta kapasitas pembayaran di masa mendatang dalam proses penyaluran kredit maupun pembiayaan.
Dengan demikian, SLIK berfungsi sebagai sumber informasi yang bersifat netral dan tidak dimaksudkan sebagai hambatan bagi pemberian kredit kepada pihak dengan kualitas kredit di luar kategori lancar.
"SLIK tidak digunakan untuk membatasi akses kredit, melainkan sebagai alat bantu agar proses penyaluran pembiayaan lebih prudent dan terukur," imbuhnya.
Sementara itu, dia juga menjelaskan mengenai sejumlah indikator kinerja perekonomian global menunjukkan tanda-tanda perlambatan di berbagai kawasan.
Namun demikian, Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan World Economic Outlook edisi Oktober 2025 justru merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi global, seiring meningkatnya volume perdagangan dunia dan arah kebijakan moneter yang cenderung lebih longgar di banyak negara.
"Di Amerika perekonomian mulai menunjukkan pelemahan. Tekanan terlihat pada pasar tenaga kerja, meningkatnya risiko government shutdown, serta sejumlah kasus gagal bayar (default) dari perusahaan besar yang menjadi perhatian pasar," bebernya.
Baca Juga: 100.565 Rekening Telah Diblokir Terkait Penipuan, Total Kerugian Masyarakat Capai Rp 7,5 Triliun
Selain itu, di China, beberapa indikator utama di sisi permintaan masih berada di bawah ekspektasi pasar, di mana menandakan pemulihan ekonomi yang belum sepenuhnya solid.
"Pertumbuhan ekonomi triwulan III melambat, dengan konsumsi rumah tangga yang masih tertahan, mengindikasikan kelemahan konsumsi domestik di ekonomi Tiongkok," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Cek Fakta: Viral Klaim Pigai soal Papua Biarkan Mereka Merdeka, Benarkah?
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
Terkini
-
OJK Rilis Daftar 'Whitelist' Platform Kripto Berizin untuk Keamanan Transaksi
-
Terkendala Longsor, 2.370 Pelanggan PLN di Sumut Belum Bisa Kembali Nikmati Listrik
-
Menperin Minta Jemaah Haji Utamakan Produk Dalam Negeri: Dapat 2 Pahala
-
OJK Sorot Modus Penipuan e-Tilang Palsu
-
Pertamina Rilis Biosolar Performance, BBM Khusus Pabrik
-
UMKM Kini Bisa Buat Laporan Keuangan Berbasis AI
-
Jelang Nataru, Konsumsi Bensin dan LPG Diramal Meningkat, Pertamina Siagakan 1.866 SPBU 24 Jam!
-
Darurat Komunikasi di Aceh: Saat Internet Mati Begitu Listrik Padam, Siapa yang Bertanggung Jawab?
-
Perluas Jangkauan Pelayanan, KB Bank Resmikan Grand Opening KCP Bandung Taman Kopo Indah
-
Distribusi BBM di Sebagian Wilayah Aceh Masih Sulit, Pertamina: Kami Terus Untuk Recovery