- PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mengalihkan fokus bisnis dari batu bara menuju energi baru terbarukan dengan menyiapkan belanja modal USD 600 juta selama lima tahun.
- Fokus bisnis baru TOBA meliputi tiga sektor utama yaitu pengelolaan limbah, pengembangan energi terbarukan, dan elektrifikasi kendaraan dalam rangka roadmap 2030.
- Pendanaan capex tersebut akan diperoleh melalui kombinasi sumber internal, pinjaman bank, penerbitan obligasi, bahkan opsi penerbitan saham baru (right issue).
Suara.com - PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) mulai mengalihkan bisnis dari pertambangan batu bara menjadi energi baru danterbarukan (EBT). Untuk terjun ke bisnis EBT, TOBA telah menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar USD 600 juta atau setara Rp 10,01 triliun (kurs USD 1 = Rp 16.698).
Direktur TBS, Juli Oktarina, menjelaskan, capex itu akan digunakan perseroan untuk melancarkan aksi koporasi dalam 5 tahun ke depan.
Adapun TBS akan fokus pada tiga bisnis, yakni pengelolaan limbah, energi terbarukan, dan kendaraan listrik.
"Kalau untuk estimasinya untuk 5 tahun ke depan, sampai dengan sesuai roadmap kita di TBS 2030, Capex mungkin sekitar USD 600 juta. Untuk total ya, untuk total 3 bisnis ini," ujarnya dalam konferensi pers di Urban Forest, Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Juli mengungkapkan, perseroan menyiapkan beberapa opsi untuk mendapatkan capex tersebut. Mulai dari kas internal, pembiayaan bank, hingga penerbitan obligasi.
Ia juga bilang, tidak menutup kemungkinan untuk mencari capex dengan cara right issue. Juli menyebut, pencarian dana capex ini juga dilakukan secara bertahap.
"Sekarang kan komposisi pendanaan sampe 25-30 persen equity, sisanya bisa dari loan, bisa dari nerbitin bond, bank atau bisa macem-mecem. Kita kan perusahaan terbuka, jadi kita lihat yang benefiting for us optimum buat kita ya kita ambil. Right issue bisa aja kalo kita perlu," ucapnya.
Sementara, sebut Juli, untuk penggunaannya, perseroan akan mempertimbangkan proyek-proyek mana yang siap untuk didanai, mulai dari pengelolaan limbah hingga energi terbarukan.
"Tahap pertama renewable atau waste management. Tapi kita lihat aja yang mana jalan duluan ya," imbuhnya.
Baca Juga: Mau Tinggalkan Batu Bara, Emiten TOBA Fokus Bisnis Energi Terbarukan
Untuk diketahui, TBS telah mengoperasikan pembangkit listrik mikrohidro 2x3 MW di Lampung sejak Januari 2025.
Sementara itu, proyek Tembesi Floating Solar Power Plant berkapasitas 46 MWp di Batam kolaborasi dengan PLN Nusantara Power, tengah memasuki tahap konstruksi dan ditargetkan beroperasi penuh pada pertengahan tahun depan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
Pabrik Chip Semikonduktor TSMC Ikut Terdampak Gempa Magnitudo 7 di Taiwan
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Tahun 2025, Update Terbaru OJK Desember
-
Daftar Bank yang Tutup dan 'Bangkrut' Selama Tahun 2025
-
Pemerintah Kucurkan Bantuan Bencana Sumatra: Korban Banjir Terima Rp8 Juta hingga Hunian Sementara
-
Apa Itu MADAS? Ormas Madura Viral Pasca Kasus Usir Lansia di Surabaya
-
Investasi Semakin Mudah, BRI Hadirkan Fitur Reksa Dana di Super Apps BRImo
-
IPO SUPA Sukses Besar, Grup Emtek Mau Apa Lagi?
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
BUMN Infrastruktur Targetkan Bangun 15 Ribu Huntara untuk Pemulihan Sumatra
-
Menpar Akui Wisatawan Domestik ke Bali Turun saat Nataru 2025, Ini Penyebabnya