- Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa menggelontorkan Rp 200 triliun ke perbankan, berdampak pada pertumbuhan kredit dari 6,96 persen menjadi 7,2 persen.
- Dampak likuiditas perbankan, khususnya penopang kredit BUMN, membuat pertumbuhan ekonomi kuartal III-2025 mencapai 5,04 persen.
- Pertumbuhan ekonomi saat ini didukung konsumsi pemerintah, perlu peningkatan kepercayaan publik untuk menggerakkan konsumsi rumah tangga.
Suara.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa terus menggelontorkan aksinya untuk perekonoman Indonesia. Aksi itu sering disebut oleh para ekonom 'Purbaya Effect'.
Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI), Sunarsip, mengungkapkan dampak paling nyata terlihat dari likuiditas perbankan.
Sebelumnya, Purbaya mengguyur dana jumbo sebesar Rp 200 triliun di sistem perbankan. Langkah ini mendorong penyaluran kredit tumbuh dari 6,96 persen pada Agustus menjadi 7,2 persen.
"Pertumbuhan kredit itu sebagian besar masih ditopang oleh debitur BUMN. Dari 1,69 persen naik menjadi 10,04 persen," ujar Sunarsip dalam acara Katadata Policy Dialogue di Jakarta, yang dikutip, Jumat (14/11/2025).
Kementerian Keuangan mencatat, dana pemerintah senilai Rp 200 triliun yang ditempatkan di bank-bank milik negara (Himbara) telah banyak terserap untuk pembiayaan kredit. Dana tersebut baru disalurkan pada 12 September 2025.
Sunarsip mengatakan, tanpa tambahan kredit yang merupakan bagian dari Purbaya Effect, pertumbuhan ekonomi kuartal III 2025 kemungkinan tak akan mencapai 5,04 persen.
"Mungkin tanpa ini, pertumbuhan ekonomi kuartal III tidak bisa di atas 5 persen. Itu sebabnya saya bilang 'Purbaya Effect' sudah bekerja," jelasnya.
Sunarsip menuturkan, pertumbuhan ekonomi saat ini masih cukup baik, namun belum didukung oleh perbaikan konsumsi masyarakat. "Pertumbuhan ekonomi saat ini banyak ditopang oleh konsumsi pemerintah yang tumbuh 5,49 persen pada kuartal III 2025. Kalau tidak ada itu, mungkin ekonomi kita bisa lebih rendah lagi," imbuhnya.
Sementara, Tenaga Ahli Utama Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Lutfi Ridho, menambahkan pemerintah sebenarnya terus berupaya memperkuat konsumsi rumah tangga. Namun, kunci utamanya adalah membangun kepercayaan publik terhadap prospek pendapatan mereka.
Baca Juga: Purbaya Lempar ke BI soal Wacana Redenominasi Rupiah: Kemenkeu Tak Ada Strategi
Ia menambahkan bahwa DEN akan memfokuskan perhatian pada peningkatan optimisme dan stabilitas pendapatan masyarakat. Jika kepercayaan itu terbentuk, konsumsi rumah tangga bisa kembali jadi motor utama pertumbuhan ekonomi, meski investasi masih akan jadi pendorong utama tahun depan.
"Mereka harus yakin terutama keyakinan pendapatan di masa yang akan datang," kata Lutfi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
-
SoftBank Sutradara Merger Dua Musuh Bebuyutan GoTo dan Grab
-
Pertamina Bentuk Satgas Nataru Demi Pastikan Ketersediaan dan Pelayanan BBM
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
Terkini
-
Setelah Garuda Indonesia Danantara Mau Guyur Dana Jumbo ke Krakatau Steel, Berapa Jumlahnya?
-
Purbaya Lempar ke BI soal Wacana Redenominasi Rupiah: Kemenkeu Tak Ada Strategi
-
Menkeu Purbaya Ogah Tarik Cukai Popok hingga Tisu Basah, Tunggu Ekonomi Membaik
-
Penggunaan Minyak Mentah dari Fossil Berakhir Terus Berlanjut Hingga 2050
-
Begini Nasib BUMN Sakit di Tangan Danantara
-
Layanan Digital Makin Tinggi, Bank Mandiri Hasilkan Fee Based Income Rp 5,48 Triliun
-
Pertama Kalinya Setelah Pandemi, Pertumbuhan Ekonomi China Melambat
-
Soal Popok Bayi Kena Cukai, DJBC Buka Suara
-
Tak Hanya Soal Bisnis, Danantara Beri Tugas Penting ke Dua Direksi Ekpatriat Garuda Indonesia
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara