Bisnis / Makro
Kamis, 04 Desember 2025 | 08:49 WIB
CEO Danantara Rosan Roeslani menjelaskan nasib utang kereta cepat. [Suara.com/Achmad Fauzi].
Baca 10 detik
  • CEO BPI Danantara, Rosan Roeslani, berdiskusi dengan Menkeu Purbaya tentang penyelesaian utang Kereta Cepat Whoosh.
  • Menkeu Purbaya mempertimbangkan tawaran Rosan untuk ikut dalam negosiasi utang Whoosh dengan pihak China.
  • Total biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung mencapai USD 7,27 miliar termasuk pembengkakan biaya.

Suara.com - Chief Executive Officer Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), Rosan Roeslani, mengungkapkan terus meminta restu Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa soal penyelesaian utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh.

Hal ini agar utang Whoosh tersebut bisa dibayarkan dengan uang negara.

Dalam hal ini, Rosan juga melakukan pertemuan dengan Menkeu Purbaya untuk mendiskusikan penyelesaian utang kereta cepat tersebut.

"Kita bersama-sama untuk penyelesaian KCIC Whoosh, kita diskusikan, karena kita kan di dalamnya harus sama, kemudian baru kita bicara keluarnya, timetable juga sudah tentukan, dan juga hal-hal lain yang memang kita diskusikan," ujarnya di Kantor Kementerian Keuangan, Rabu (3/12/2025).

Kereta Cepat Whoosh tiba di Stasiun Kereta Cepat Halim, Jakarta, Rabu (22/10/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

Menurut Rosan, hingga kini belum ada keputusan dari pemerintah maupun Danantara soal opsi pembayaran utang whoosh. Sebab, antara kedua pihak masih terus melakukan diskusi.

"Nanti kita akan detailkan lagi, tapi semua yang kita lakukan ini sesuai dengan arahan dari Bapak Presiden, yang diberikan kepada kami berdua, tapi kita lebih bicara lagi details-nya, supaya nanti implementasinya bisa berjalan dengan baik dan benar, itu aja," ucapnya.

Diajak ke China

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa masih mempertimbangkan ajakan CEO BPI Danantara Rosan Roeslani untuk turut serta dalam negosiasi pembahasan utang proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh) dengan pihak China.

Purbaya menegaskan, sebelum ikut dalam lawatan tersebut, ia ingin mempelajari terlebih dahulu dokumen dan skema negosiasi yang akan dibahas.

Baca Juga: IHSG Cetak 22 Rekor Sepanjang 2025, 1 Kali Era Sri Mulyani dan 21 Kali Era Menkeu Purbaya

"Saya belum tahu dibawa (ikut) apa tidak. Tapi kalau memang kita harus terlibat, saya mau lihat dulu skemanya seperti apa," kata Purbaya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (26/11/2025).

"Tujuannya agar skema yang disepakati bisa tetap menguntungkan dan aman bagi kepentingan Indonesia,” lanjutnya.

Purbaya menambahkan bahwa sampai saat ini ia belum ikut campur dalam penyusunan detail proposal negosiasi. Menurutnya, hal itu merupakan ranah dan kewenangan pihak Danantara sebagai pengelola proyek strategis tersebut.

Ketika ditanya apakah hasil negosiasi utang itu berpotensi melibatkan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), Purbaya belum memberikan jawaban pasti. "Kita mesti lihat juga nanti seperti apa hasil pembahasan dengan China. Jadi, belum bisa diputuskan sekarang," ujarnya.

Adapun, total biaya proyek mencapai USD 7,27 miliar atau sekitar Rp 118,9 triliun, termasuk pembengkakan biaya sebesar 1,2 miliar dolar AS.

Load More