- Menteri Keuangan Purbaya menyoroti praktik saham gorengan yang merugikan investor dan merusak ekosistem pasar modal.
- Definisi saham gorengan belum baku, namun pengamat menyebutnya sebagai manipulasi pasar yang dicirikan likuiditas rendah.
- OJK dan BEI fokus meningkatkan surveillance, literasi investor, dan insentif untuk mempertebal likuiditas guna menekan manipulasi harga.
Suara.com - "Yang paling penting pertama adalah Anda untung dan enggak kejebak sama tukang goreng saham!"
Itulah pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa soal saham gorengan yang bikin para petinggi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI) dan para investor pasar modal yang hadir dalam acara Financial Forum 2025 mengkerut dahi.
Pernyataan itu disampaikan Purbaya untuk menanggapi permintaan insentif fiskal untuk pasar modal dari BEI dan OJK. Purbaya menilai praktik goreng saham tidak adil, merugikan investor ritel dan merusak ekosistem pasar modal. Karenanya ia enggan memberikan insentif. Sementara OJK dan BI melihat insentif adalah bagian dari solusi untuk mencegah para bandar menggoreng saham.
Tapi apa itu saham gorengan? Siapa yang menggoreng saham? Dan bagaimana menciptakan pasar modal yang adil bagi semua pihak?
Apa itu Saham Gorengan?
Salah satu masalah utama dari saham gorengan adalah defenisinya yang belum jelas, yang berimplikasi pada kebijakan yang akan diambil untuk memberantasnya.
VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi, kepada Suara.com, Rabu (10/12/2025) menerangkan, "definisi saham gorengan belum ada yang absolut — apakah perihal insider atau pergerakan harga yang fluktuatif atau persoalan free float seperti pada UU Pasar Modal?"
Hal senada juga disampaikan oleh Budi Frensidy, pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia. Ia menyoroti penamaan istilah ini. Menurutnya, terminologi yang tepat dalam buku teks keuangan adalah manipulasi pasar, bukan saham gorengan.
"Istilah yang ada di buku teks keuangan adalah manipulasi pasar, bukan saham gorengan," kata Budi kepada Suara.com, Selasa (9/12/2025).
Baca Juga: Menkeu Purbaya Ngeluh Saham Gorengan, Apa Gebrakan OJK?
Menurutnya, istilah saham gorengan itu hanya ada di Indonesia dan tak dikenal di negara lain.
"Mungkin ada di Indonesia saja," katanya.
Jika yang dimaksud adalah manipulasi, ciri-ciri harga saham yang rentan digoreng meliputi perusahaan dengan kinerja keuangan yang cenderung merugi, likuiditas perdagangan yang rendah, dan pergerakannya sangat ekstrem.
Praktik manipulasi pasar melibatkan skema manipulasi permintaan dan penawaran yang terstruktur, salah satunya wash trading dimana melakukan transaksi jual-beli antara pihak-pihak yang masih dalam kendali mereka, membuat saham terlihat aktif dan menarik perhatian investor ritel.
Ada juga istilah pump and dump di mana bandar mengakumulasi saham secara diam-diam, lalu secara agresif melakukan pembelian besar (pump) untuk mendongkrak harga. Setelah harga mencapai puncaknya, bandar menjual semua saham yang mereka miliki (dump), menyebabkan harga saham langsung terjun bebas.
Selain itu ada marking the close di mana bandar melakukan pembelian dalam jumlah besar menjelang penutupan perdagangan, bertujuan agar harga penutupan terlihat tinggi, memancing investor lain untuk membeli di hari berikutnya.
Tag
Berita Terkait
-
DEWA dan BUMI Meroket, IHSG Menguat ke Level 8.693 dengan Transaksi 19 Triliun
-
Kantor OJK Maluku Utara Resmi Beroperasi
-
Influencer Tak Bisa Sembarangan, OJK: Harus Jujur Jika Endorse Produk Keuangan
-
Mulai Tahun Depan Nasabah Asuransi Kesehatan Ikut Bayar Klaim, Siapa Untung?
-
Jadwal Seleksi PCAM dan MLE OJK, Berkas Administrasi dan Tes Potensi Dasar
Terpopuler
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- 9 Sepatu Lokal Senyaman Skechers Ori, Harga Miring Kualitas Juara Berani Diadu
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 7 Desember: Raih Pemain 115, Koin, dan 1.000 Rank Up
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Disegel dan Jadi Penyebab Banjir, PTPN III Ternyata Berniat Tambah 59 Ribu Hektar Lahan Sawit
-
Mandat Digitalisasi Negara: BUMN Ini Dianggap Punya 'Privilege' Bisnis Masa Depan!
-
Tambang Emas Terafiliasi ASII di Sumut Disegel, KLH Soroti Potensi Pidana
-
DEWA dan BUMI Meroket, IHSG Menguat ke Level 8.693 dengan Transaksi 19 Triliun
-
4 Tahun Beruntun, Bank Mandiri Raih Lagi Juara 1 pada ARA 2024 atas Transparansi Laporan Tahunan
-
Mengenal Teras BRI Kapal, Bank Terapung yang Dinanti Masyarakat Kepulauan
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
BRI Peduli Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana Hidrometeorologi Sumatera Barat
-
Duh! Kesepakatan Dagang RIAS Terancam Batal, Trump Sebut Prabowo Mengingkari?