- Menkeu Purbaya mengatakan kinerja Bea Cukai yang buruk bisa membuat lembaga itu dibubarkan seperti di era Orde Baru.
- Purbaya mengancam membubarkan Bea Cukai dan merumahkan pegawai jika kinerjanya tidak membaik dalam waktu satu tahun.
- Pakar menyarankan pembentukan satgas teknokrat untuk reformasi internal Bea Cukai, bukan pembubaran total seperti era 1985.
Suara.com - Sorot mata Purbaya fokus pada layar ponsel. Tangannya sibuk mengutak-atik gawai sembari membaca 'Lapor Pak Purbaya', kanal aduan yang dirancang khusus jadi saluran keluhan masyarakat soal kinerja Direktorat Jenderal Pajak maupun Direktorat Jenderal Bea Cukai.
"Saya mau melaporkan setiap hari saya melihat petugas Bea Cukai nongkrong di Starbucks... yang dibicarakan selalu tentang bisnis, mengamankan aset baru, dapat kiriman mobil, bagaimana jualnya. Mohon diawasi dan ditindak. Saya wiraswasta, risih lihat bergerombol, ngobrol keras-keras seharian setiap hari dengan baju dinas Bea Cukai,"
Purbaya membacakan aduan warga di Kantor Kemenkeu, Jumat (17/10/2025).
Diluncurkan pada 15 Oktober, Lapor Pak Purbaya banyak menerima laporan tentang perilaku para pegawai pajak dan bea cukai. Hanya dua hari setelah diperkenalkan, Purbaya mengaku menerima belasan ribu aduan, mayoritas soal bea cukai.
Termasuk sebuah laporan dari importir, yang menyebut pemeriksaan barang oleh Oknum Bea Cukai bisa memakan waktu hingga 34 hari. Ia juga mengaku didenda terus menerus dengan alasan yang tidak masuk akal.
"Saya dikenakan notul yang berisi denda. Padahal saya tidak under invoicing dan telah melakukan impor barang serupa bertahun-tahun. Ketika ditanya, alasannya tidak masuk akal. Misal, meminta bukti negosiasi, padahal bukti-bukti itu sudah disediakan dengan lengkap. Ini terjadi hampir untuk semua kegiatan impor saya, kena denda terus," Purbaya membacakan keluhan itu.
Pengusaha itu menyebut enggan mengambil banding agar barangnya bisa cepat keluar, sebab hal itu tidak akan membuahkan hasil.
"Ini namanya diktator. Kan lu juga orang Bea Cukai, lu coba jelasin, ini kan murid lu semua kenapa bisa begini. Coba jelasin," cecar Purbaya, sembari melihat eks Dirjen Bea Cukai yang saat ini menjabat Sekretaris Jenderal Kemenkeu, Heru Pambudi yang duduk di sampingnya.
"Ini langsung nanti PIB (Pemberitahuan Impor Barang)-nya kita cek. Mestinya ini langsung diputus, SOP pemeriksaannya enggak selama ini," jawab Heru.
Demi membaca rentetang keluhan terhadap Bea Cukai, Purbaya pun meledak.
Baca Juga: Ancam Rumahkan 16 Ribu Pegawai Bea Cukai, Purbaya Sebut Perintah dari 'Bos Atas'
"Walaupun katanya pecat Pegawai Negeri susah, saya akan pecat, saya persulit hidupnya. Masa nongkrong di Starbucks berpakaian seragam, enggak kira-kira lo?," lanjut Purbaya.
Ancaman Purbaya itu rupanya bukan pepesan kosong. Pada November ia memperingatkan akan membubarkan Bea Cukai dan bahkan merumahkan para pegawai, jika kinerjanya tidak berubah.
"Kalau kita, Bea Cukai tidak bisa memperbaiki kinerjanya dan masyarakat masih enggak puas, Bea Cukai bisa dibekukan, diganti dengan SGS seperti zaman dulu lagi," kata Purbaya, mengacu pada kebijakan era Orde Baru yang menggantikan Bea Cukai dengan perusahaan swasta asal Swiss.
Bea Cukai Dibubarkan Soeharto
Jika ada yang mengira mustahil membubarkan Bea Cukai, maka dia perlu kembali membaca sejarah. Faktanya Bea Cukai baru kembali beroperasi di Indonesia pada 1997, setelah lebih dari satu dekade dibekukan Presiden Soeharto. Dengan kata lain, Bea Cukai baru kembali beroperasi di Indonesia selama kurang dari 30 tahun.
Mengapa Soeharto membekukan Bea Cukai? Tidak lain dan tak bukan karena lembaga ini dikenal sebagai sarang pungutan liar - mirip dengan kondisi saat ini kalau membaca keluhan di kanal Lapor Pak Purbaya.
Berita Terkait
-
Purbaya Larang Bea Cukai Sumbangkan Pakaian Bekas Hasil Sitaan ke Korban Banjir Sumatra
-
Purbaya Sewot Teknologi AI Bea Cukai Dibandingkan dengan Milik Kemenkes: Tersinggung Gue!
-
Purbaya Butuh Rp 45 Miliar buat Investasi Teknologi AI di Pelabuhan
-
Menteri Purbaya Sindir Kinerja Bea Cukai: Orangnya Pintar-pintar, Tinggal Digebukin Aja
-
Purbaya Resmikan 3 Teknologi AI Canggih di Pelabuhan, Biar Kerja Bea Cukai Tak Lagi Lambat
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
Terkini
-
BI Tahan Suku Bunga Acuan di Level 4,75 Persen, Ini Alasannya
-
Finex Menandai Ulang Tahunnya yang ke-13 dengan Gala Dinner
-
KB Bank - PT KAI Medika Indonesia Hadirkan Fasilitas Pembiayaan bagi Brawijaya Hospital Tangerang
-
Pemulihan Bencana Sumatra Telan Rp 60 T, Purbaya Pastikan Tak Ganggu Pertumbuhan Ekonomi RI
-
Eksplorasi 'Ladang Hijau' Irak Dibuka: Kesempatan Emas bagi Pertamina di Sektor Hulu Migas
-
BRI Peduli Hadir untuk Masyarakat Terdampak Bencana Sumatra, Salurkan Donasi di Lebih 40 Lokasi
-
Purbaya Siapkan Rp 60 T Tangani Banjir Sumatra, Diambil dari Anggaran Program-Rapat Tak Jelas
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
-
SMRA Terbitkan Obligasi 500 Miliar di Tengah Penurunan Laba Bersih