Bisnis / Makro
Rabu, 31 Desember 2025 | 16:37 WIB
Siswa menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMPN 1 Tamansari, Bogor, Jawa Barat, Selasa (16/12/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • Prof. Didin: MBG ubah haluan ekonomi dari infrastruktur ke pembangunan kualitas SDM.
  • MBG kurangi pengeluaran siswa Rp15 ribu/hari dan ringankan beban ekonomi orang tua.
  • Program MBG beri insentif tambahan bagi guru honorer dan tingkatkan kedisiplinan siswa.

Suara.com - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah berjalan selama hampir satu tahun kini mulai menuai apresiasi luas, bukan sekadar sebagai program jaring pengaman sosial, melainkan sebagai mesin perubahan haluan ekonomi nasional.

Program ini dinilai berhasil menggeser paradigma pembangunan Indonesia dari yang semula hanya mengejar angka pertumbuhan infrastruktur ke arah penguatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Pendiri Institute For Development of Economics and Finance (INDEF), Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, menegaskan bahwa MBG adalah manifestasi dari human resource economics. Menurutnya, Indonesia kini mulai meninggalkan prinsip pertumbuhan "at all cost" dan beralih fokus pada investasi jangka panjang manusia.

"Kalau MBG konsisten, ini akan menggeser pemikiran ekonomi di Indonesia. Biasanya strateginya pertumbuhan setinggi-tingginya lewat infrastruktur besar-besaran, tapi ini memperbaiki ketimpangan gizi dan pendidikan," ujar Prof. Didin saat memberikan tinjauan ekonomi satu tahun perjalanan MBG.

Prof. Didin menambahkan bahwa intervensi gizi negara yang menyasar 50% masyarakat kelas bawah merupakan langkah strategis untuk memperkecil kesenjangan sosial. Secara makro, peningkatan kualitas gizi akan berbanding lurus dengan produktivitas nasional di masa depan, menciptakan fondasi ekonomi yang lebih inklusif dan merata.

Transformasi ini terasa nyata di institusi pendidikan, salah satunya di SMAN 1 Taraju, Tasikmalaya. Alfi Alfian, siswa kelas XI, mengaku pola konsumsinya berubah drastis dari sekadar jajan cireng menjadi makan dengan menu lengkap bergizi. Kebiasaan ini tidak hanya memperbaiki kesehatan siswa, tetapi juga meringankan beban finansial orang tua.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 1 Taraju, Nurhayati, mencatat adanya penurunan pengeluaran harian siswa rata-rata Rp12.000 hingga Rp15.000.

“Kehadiran siswa meningkat karena mereka merasa terbantu. Dengan gizi yang sehat, semangat mereka untuk sekolah tumbuh. Efek jangka panjangnya adalah perbaikan kesehatan dan kualitas pendidikan secara menyeluruh,” jelas Nurhayati.

Menariknya, MBG juga memberikan efek berganda (multiplier effect) bagi ekosistem sekolah. Program ini memberikan insentif tambahan bagi guru-guru honorer yang terlibat dalam kelancaran penyaluran makanan. Hal ini secara langsung meningkatkan pendapatan mereka di luar gaji rutin, menjadikan MBG sebagai tulang punggung baru dalam kesejahteraan tenaga pendidik di sekolah.

Baca Juga: JPPI Terima Aduan Sekolah di Banten Diduga Palak SPPG Rp1.000 per Siswa Tiap Hari

Dengan keberhasilan tahun pertama ini, tantangan ke depan adalah menjaga konsistensi dan kualitas program agar visi besar transformasi ekonomi berbasis SDM dapat tercapai sepenuhnya.

Load More