Suara.com - Hari raya Idul Adha yang akan dirayakan mulai besok bagi sebagian umat Islam selalu identik juga dengan melimpah hidangan menu daging kambing.
Buat anda yang hipotensi, atau tekanan darah rendah sebisa mungkin menaruh daftar santapan daging kambing ini di nomor teratas, dan bagi mereka yang ingin gairahnya ‘on’ terus, pasti memilih menyantapnya sebanyak mungkin.
Benarkan dampak daging kambing bisa berpengaruh pada hipotensi dan peningkatan birahi?
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Jakarta Raya Ari Fahrial Syam mengatakan masih ada berbagai mitos seputar daging kambing yang beredar di tengah masyarakat, terutama menjelang Lebaran Haji.
Mitos pertama adalah masyarakat yang kebetulan diketahui tekanan darahnya rendah akhirnya meningkatkan makan daging kambing agar tensinya naik.
Padahal, menurut dia, tekanan darah rendah bisa disebabkan oleh berbagai hal, antara lain karena perdarahan, kurang minum sampai dehidrasi hingga kelelahan atau kurang tidur.
Tensi yang rendah, lanjut dia, juga dapat disebabkan karena gangguan pada jantung, baik karena kelainan katup maupun serangan jantung, bahkan gagal jantung.
Dia juga mengemukakan bahwa dampak langsung akibat mengonsumsi daging kambing berlebihan adalah sembelit dan bila mempunyai penyakit GERD (penyakit asam atau isi lambung balik arah ke atas), GERD-nya akan bertambah parah setelah mengonsumsi daging kambing berlebihan.
Belum lagi, ujar dia, efek jangka panjang berupa peningkatan kadar lemak dan kolesterol darah, apalagi bila setelah makan langsung tidur karena kekenyangan.
Mitos kedua yang juga beredar di tengah masyarakat adalah bahwa testis kambing akan meningkatkan gairah seksual atau sate kambing setengah matang meningkatkan gairah seksual.
"Ternyata hal ini pun tidak sepenuhnya benar, memang testis kambing banyak mengandung testosteron yang dapat meningkatkan gairah seksual. Sebenarnya peningkatan gairah seksual terjadi karena multifaktor dan tidak semata-mata berhubungan dengan makanan," katanya.
Dia memaparkan daging kambing, juga daging merah lain seperti daging sapi mengandung tinggi lemak. Lemak hewani biasanya mengandung lemak jenuh.
Lemak jenuh tersebut, jelas dia, banyak mengandung LDL lemak jahat yang bisa menumpuk pada dinding pembuluh darah manusia.
Untuk itu, dia mengingatkan agar jangan lupa mengimbanginya dengan banyak makan buah dan sayur untuk mengurangi efek samping dari makan daging berlebihan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan