Suara.com - Pemerintah daerah provinsi Riau telah meningkatkan status bencana kabut asap kebakaran hutan menjadi Tanggap Darurat sejak 14 September lalu. Hal ini terlihat dari adanya 538 warga Riau yang menderita Pneumonia akibat asap kebakaran hutan dan lahan dengan indeks standar pencemaran udara yang berada di atas angka 300 atau mengisyaratkan kondisi bahaya.
Menurut Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto, data per 17 September 2015 menyebut bahwa jumlah penduduk terpapar asap di Riau mencapai 6.3 juta jiwa yang tersebar di 12 kabupaten. Sebanyak 31.518 jiwa mengalami gangguan kesehatan, dimana 538 jiwa di antaranya mengidap pneumonia.
Jika terhirup dan masuk ke tubuh, asap kebakaran hutan memicu beragam gangguan kesehatan mulai dari iritasi kulit, mata, gangguan sistem pernapasan hingga infeksi paru-paru atau pneumonia yang menyebabkan kematian.
Achmad menjelaskan, di dalam asap terdapat dua komponen yang sangat berpengaruh pada kondisi kesehatan. Pertama adalah gas beracun pada proses pembakaran dan kedua adalah debu yang bisa menghambat sistem pernapasan.
Jika kedua komponen ini terhirup, maka tubuh akan memghasilkan reaksi berupa lendir atau dahak yang harus dikeluarkan. Sayangnya, pada kelompok dengan kekebalan tubuh rendah seperti anak-anak, orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan penyakit tertentu, dapat dengan mudah terinfeksi bakteri yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) hingga pneumonia.
"Ketika seseorang terpapar dua komponen ini terus menerus dan kondisi imun nggak bagus, maka akan masuk infeksi bakteri yang disebut ISPA. Begitu diobati dengan baik maka bisa sembuh, tapi kalau pengobatan nggak dilakukan dengan baik berkembanglah ISPA itu menjadi pneumonia," kata Achmad di Gedung Kemenkes, Jakarta, Jumat (18/9/2015).
Gejala pneumonia, lanjut dia, biasanya ditandai dengan batuk berdahak, peningkatan suhu tubuh, hingga kesulitan bernapas. Infeksi pada organ paru-paru ini berisiko tinggi mengalami kematian.
"Fokus kita adalah bagaimana untuk mencegah jangan sampai terjadi ISPA atau bahkan pneumonia. Caranya dengan menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan dan menjaga kekebalan tubuh," imbuh Achmad.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter