Suara.com - Perkembangan teknologi memaksa masyarakat untuk tak bisa lepas dengan gadget. Tak hanya membayangi orang dewasa, virus ketergantungan terhadap gadget juga dialami anak-anak bahkan balita saat ini.
Kebiasaan orangtua yang selalu asyik dengan gadgetnya akhirnya ditiru oleh buah hati. Dengan alasan agar anak tak menangis, sebagian orangtua memilih membiarkan anak-anaknya bermain gadget.
Padahal menurut dokter spesialis anak dari RSIA Bunda Jakarta, I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, gadget adalah racun yang bisa menghambat setiap fase tumbuh kembang bayi.
"Saya menyebutnya sebagai racun, karena gadget menghilangkan tahap interaksi bayi, sosialisasi bayi dan senyum sosialnya hilang. Tahapan ngocehnya hilang, eksplorasinya hilang karena dia sudah asyik dengan gadget," ujar dokter yang akrab disapa Tiwi ini pada Parenting Class di RSIA Bunda Jakarta, Kamis (28/4/2016).
Tanda balita yang sudah terpapar virus gadget, tambah dokter Tiwi, adalah cenderung diam. Padahal pada fase tersebut anak yang normal cenderung lincah, aktif, dan memiliki keinginan tinggi untuk mengeksplorasi hal baru.
"Kalau diajak ngomong lalu bayi tersebut diam, berarti dia sudah terpapar gadget. Dan di sini orangtua harusnya mawas karena kalau dibiarkan bisa berpengaruh pada tumbuh kembang bayi," imbuhnya.
Namun bukan berarti ketergantungan balita pada gadget tidak bisa dihilangkan, ia mengatakan bahwa jika akses terhadap gadget dihentikan maka anak bisa kembali normal dari efek kecanduan gadget.
"Kalau dihilangkan kebiasaan menggunakan gadget selama 1-2 bulan, anak bisa normal kembali. Tapi saya sarankan kalau punya anak di bawah usia dua tahun jangan dibiasakan untuk menonton TV atau diberi tablet untuk diam karena motoriknya jadi tidak terasah," tambahnya.
Meski gadget juga memiliki beragam fitur untuk mengasah fungsi otak anak, Tiwi menekankan bahwa hanya kemampuan kognitif anak yang terangsang dengan penggunaan gadget.
"Padahal dasar perkembangan anak adalah kemampuan motorik kasar atau halus, interaksi sosial, bahasa dan bicara yang jika dilakukan sejak usia awal maka otak anak akan terstimulasi dengan baik," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Bukan Cuma Soal Juara: Ini Alasan Bakat Penting Buat Tumbuh Kembang Anak
-
Apa Itu Parenting VOC? Ramai Dikaitkan dengan Soimah, Ternyata Punya Dampak Negatif
-
Anak Asyik Duduk Manis Saat Ibunya Nyapu Kelas, Netizen Heran: Ini Mendidik Raja?
-
Makna Co-Parenting di Balik Kabar Perceraian Acha Septriasa, Apa Artinya?
-
Cerai dari Vicky Kharisma, Acha Septriasa Ungkap Nikmatnya Hidup Mandiri
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Profil Wali Kota Prabumulih: Punya 4 Istri, Viral Usai Pencopotan Kepsek SMPN 1
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan