Suara.com - Kasus gizi buruk masih menjadi persoalan kesehatan di Indonesia. Hasil pemantauan status gizi (PSG) 2017 menyebut bahwa 3,8 persen balita di Indonesia mengalami gizi buruk, dan 14 persen lainnya mengalami gizi kurang.
Menurut Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, dr. Anung Sugihantono, M. Kes, jika estimasi jumlah balita di Indonesia sepanjang 2017 mencapai 23.8 juta, maka hal ini menunjukkan sekitar 906 ribu anak Indonesia masih didera gizi buruk dan sekitar 3.3 juta tergolong kurang gizi.
"Kami sudah memberikan hasil PSG ini untuk ditindaklanjuti instansi terkait di daerah sehingga tidak hanya sekedar memperbincangkan angkanya saja, tapi ada intervensi langsung ke balita karena kita punya data by name by address," ujar Anung pada Peringatan Hari Gizi Nasional 2018 di Kementerian Kesehatan, Kamis (25/1/2018).
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia, Dr. Minarto MPS, mengatakan bahwa kasus gizi buruk di Indonesia mungkin bisa dikurangi, tapi mustahil jika mencapai angka 0 persen. Ia menyebut gizi buruk dianggap normal jika berada di angka 5 persen.
"Nol nggak mungkin, karena kemungkinan ada anak yang punya gangguan genetik sehingga gizinya buruk. Jadi, kita tidak bisa membuatnya jadi nol," tambah dia.
Menyoal kasus gizi buruk yang terjadi di Asmat, Papua, Minarto mengatakan bahwa penyebab utamanya adalah keterjangkauan pangan yang tidak memenuhi syarat sehingga memicu gizi buruk. Ia pun berharap data pemantauan status gizi tak hanya sekadar laporan, tapi bisa dipetakan dengan data lain untuk mencegah kasus gizi buruk Asmat terulang kembali.
"Hasil PSG kita buat peta, yang tinggi kita analisis dengan data lain. Fokus menyiapkan SDM di situ dan tenaga logistik. Kalau sudah terjadi di Asmat fokus pertama adalah life saving lalu diobati jangan sampai cacat dan meninggal," jelasnya menanggapi kasus gizi buruk di Asmat, Papua.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 Oktober: Klaim 19 Ribu Gems dan Player 111-113
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
Terkini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global
-
Ubah Waktu Ngemil Jadi "Mesin" Pembangun Ikatan Anak dan Orang Tua Yuk!
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?
-
Fraud Asuransi Kesehatan: Rugikan Triliunan Rupiah dan Pengaruhi Kualitas Layanan Medis!