Suara.com - Jangka waktu pengobatan yang lama hingga mencapai enam bulan menjadi salah satu alasan mengapa banyak pasien penyakit tuberkulosis (TB) lalai mengonsumsi obat secara teratur.
Akibatnya, menurut dokter spesialis paru RSUP Persahabatan, Erlina Burhan, kuman TB di tubuh bermutasi dan tak lagi mempan diberi obat biasa.
Pasien pun harus menjalani pengobatan TB resisten yang lebih lama dengan efek samping yang berat.
"TB resisten ini menular seperti TB lainnya. Kalau pasien batuk, bersin, meludah maka kuman TB resistennya akan menular ke orang di sekitarnya dan membuat mereka tertular langsung TB resisten," ujar dokter yang juga menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) cabang Jakarta ini dalam temu media, Jumat (21/9/2018).
Ia menambahkan, hanya dengan bersin saja, penderita tuberkulosis bisa menularkan hingga 1 juta kuman. Meski demikian penularan kuman TB resisten ini tidak serta merta akan menyebabkan seseorang mengidap penyakit tersebut secara langsung, tergantung dengan daya tahan tubuhnya saat tertular.
"Kalau seseorang tertular bisa langsung mengidap TB resisten tapi tidak selalu. Kalau sedikit kumannya yang ditularkan maka tidak mengganggu. Tapi saat sistem imun kita rendah maka akan ada kemungkinan langsung tertular. Terutama di daerah padat, tidak ada ventilasi udara. Jadi penting untuk menjaga daya tahan tubuh, pasien juga jangan batuk sembarangan," tambah dia.
Permasalahan mengenai TB resisten ini, kata dr Erlina tak hanya dipicu kelalaian pasien dalam mengonsumsi obat.
Dokter dan tenaga medis, kata dia, juga bisa berperan dalam meningkatkan kasus TB resisten seperti jika meresepkan obat dengan dosis yang tidak sesuai atau dokter kurang memberi edukasi yang cukup ke pasien.
"Jadi kalau kurang komprehensif edukasinya bisa membuat pasien merasa sudah sehat sehingga dia berhenti minum obat," tambah dia.
Baca Juga: Berita Hoax Ancam Pilpres, Jubir TKN : Jangan Ganggu Pesta Rakyat
Walaupun begitu Erlina menekankan, kuman TB tidak akan menular lewat makanan, piring, gelas, atau pakaian. Menurut Erlina, persepsi masyarakat semacam ini bisa membuat stres penderita.
Jadi konsekuensi ini yang harus pasien alami jika terkena penyakit tuberkulosis , sehingga solusi untuk segera sembuh adalah mengonsumsi obat secara teratur sesuai anjuran dokter.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
-
KDM Sebut Dana Pemda Jabar di Giro, Menkeu Purbaya: Lebih Rugi, BPK Nanti Periksa!
-
Mees Hilgers 'Banting Pintu', Bos FC Twente: Selesai Sudah!
Terkini
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global