Suara.com - Studi Pastikan Vaksin Campak Rubella Tidak Picu Autisme, Ini Alasannya.
Ada banyak mitos dari pemberian vaksin yang membuat golongan antivaksin berhasil menggoyah niat orang tua yang berniat melindungi anaknya dari serangan penyakit menular.
Salah satunya adalah anggapan bahwa pemberian vaksin MMR yang dapat mencegah penyakit campak, gondong, dan rubella dapat menyebavkan autisme.
Kini penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Internal Medicine, memastikan bahwa vaksin MMR tidak memicu autisme. Anggapan bahwa vaksin memicu autisme bermula pada 1998 lalu di mana seorang mantan dokter Inggris Andrew Wakefield yang termasuk golongan antivaksin mempublikasikan tulisannya di jurnal Lancet bahwa ada hubungan antara vaksin MMR dan autisme.
Meski makalah ini akhirnya ditarik karena tidak terbukti, para golongan antivaksin menjadikannya sebagai bahan untuk mempengaruhi para orangtua yang ingin melindungi anaknya dengan vaksin.
Nah untuk membuktikan bahwa hal ini tidak benar, tim ilmuwan dari Statens Serum Institute di Denmark menganalisis data lebih dari 600.000 anak-anak di Denmark untuk melihat apakah ada hubungan antara MMR dan autisme. Tim sebelumnya telah melakukan penelitian serupa pada tahun 2002 dengan melihat pertanyaan yang sama.
"Kami melakukan penelitian besar serupa pada tahun 2002. Namun, gagasan bahwa vaksin menyebabkan autisme masih ada meskipun penelitian asli tidak menyebutkan demikian," ujar Anders Peter Hviid, peneliti utama.
Hingga akhirnya Hviid dan tim melihat bahwa pihaknya harus melakukam penelitian ulang untuk meyakinkan para orangtua dan masyarakat umum bahwa vaksin MMR tidak menyebabkan autisme. Apalagi kini penyakit campak menjadi wabah di beberapa negara.
Para peneliti menemukan bahwa dari 657.461 anak yang lahir antara 2009 dan 2010, sekitar 6.517 didiagnosis autisme selama 10 tahun masa tindak lanjut. Untuk mengetahui apakah autisme ini dipicu karena pemberian vaksin MMR, peneliti membandingkan anak-anak yang divaksinasi MMR dengan anak-anak yang tidak divaksinasi MMR.
Baca Juga: Dinyatakan Menopause, Wanita 50 Tahun Ini Melahirkan Bayi Laki-laki
Tim menemukan bahwa vaksin tidak meningkatkan risiko autisme, bahkan pada anak-anak yang memiliki peningkatan kemungkinan mengembangkan kondisi tersebut, seperti mereka yang memiliki saudara kandung autis. Selain itu, peneliti menemukan bahwa tidak ada peningkatan risiko selama periode waktu tertentu setelah vaksinasi, mengatasi beberapa kekhawatiran yang timbul dari penelitian sebelumnya.
Sementara itu, Katie Flanagan dari University of Tasmania, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan, penelitian ini harus menjadi acuan bagi para orangtua yang mengalami keraguan memberikan anaknya vaksin.
"Karena campak berpotensi mematikan dan sangat menular, cara yang ideal adalah dengan memberantasnya seperti yang dicapai cacar melalui vaksinasi. Namun, pemberantasan campak yang membutuhkan kekebalan imunitas lebih dari 95 persen akan sulit dicapai jika orang masih percaya mitos autisme dan vaksin MMR," tandas dia memperkuat studi vaksin campak rubella tidak picu autisme.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- Mengupas MDIS: Kampus Singapura Tempat Gibran Raih Gelar Sarjana, Ijazahnya Ternyata dari Inggris!
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
Pilihan
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
-
Ngamuk dan Aniaya Pemotor, Ini Rekam Jejak Bek PSM Makassar Victor Luiz
-
Menkeu Bakal Temui Pengusaha Rokok Bahas Cukai, Saham-saham 'Tembakau' Terbang
-
Jurus Menkeu 'Koboi' Bikin Pasar Cemas Sekaligus Sumringah
-
IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Saham-saham Rokok Jadi Pendorong
Terkini
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis
-
72% Sikat Gigi Dua Kali Sehari, Kok Gigi Orang Indonesia Masih Bermasalah? Ini Kata Dokter!
-
Padel Court Pertama Hadir di Dalam Mal, Bawa Olahraga Jadi Makin Fun!
-
Nyaris Setengah Anak Indonesia Kekurangan Air Minum: Dampaknya ke Fokus dan Belajar
-
Event Lari Paling Seru! 8.500 Pelari Pulang Happy dengan Goodie Bag Eksklusif
-
Manfaat Donor Darah Kurang Maksimal Tanpa Peralatan Pendukung Terbaik