Suara.com - Makan Cokelat Kebanyakan Bisa Bikin Jerawat Muncul, Mitos atau Fakta?
Jerawat disebabkan oleh banyak hal khususnya karena makanan. Sensitifitas tiap orang berbeda-beda tentunya.
Termasuk untuk makanan seperti cokelat. Lantas, apa benar makan cokelat kebanyakan menyebabkan munculnya jerawat?
Berbicara soal cokelat dan jerawat, ada cukup banyak penelitian yang membahas hal ini. Namun, hasilnya ternyata masih berupa pro kontra.
Penelitian pada tahun 2013 menunjukkan fakta bahwa cokelat bisa membuat kondisi kulit yang berjerawat semakin parah dan semakin banyak.
Hal ini disebabkan lantaran cokelat bisa meningkatkan pelepasan protein interleukin-1B (IL-IB) dan IL-10. Pelepasan protein inilah yang dapat membuat bakteri penyebab jerawat (Propionibacterium dan Staphylcoccus Aureus) menjadi lebih agresif seperti dikutip dari Hello Sehat.
Dr. Ava Shamban, seorang dokter kulit di Los Angeles, menyatakan bahwa cokelat putih mengandung lebih banyak susu, gula, dan zat tambahan lainnya dibandingkan dengan dark chocolate.
Bagi sebagian orang, susu, dan makanan bergula lainnya inilah yang bisa memicu perubahan pada hormon. Perubahan ini biasanya dapat menyebabkan peradangan terutama bagi orang-orang yang cukup sensitif.
Oleh sebab itu, Dr. Shamban menyatakan bahwa cokelat tidak bisa disebut dapat menyebabkan jerawat langsung. Bisa jadi kandungan gula dan lemak di dalamnyalah yang menjadi pemicu sesungguhnya.
Baca Juga: Makan Cokelat Bisa Sembuhkan Batuk, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Efek makan cokelat kebanyakan
Meski belum terbukti sepenuhnya, sebaiknya Anda membatasi konsumsi cokelat per harinya. Pasalnya, cokelat yang ada di pasaran mengandung banyak sekali bahan tambahan. Bahan tambahan ini tentu tidak baik untuk tubuh jika dimakan terlalu banyak. Beberapa masalah kesehatan yang bisa muncul akibat makan cokelat kebanyakan, yaitu:
Berat badan naik
Makan banyak cokelat mungkin tidak menyebabkan jerawat, tetapi tak menutup kemungkinan dapat membuat Anda kegemukan. Pasalnya, cokelat mengandung kalori yang cukup tinggi karena kandungan lemak dan gula di dalamnya. Untuk menghindarinya, makanlah cokelat dalam batas wajar dan pilih jenis dark chocolate yang lebih sehat.
Kerusakan gigi
Cokelat mengandung gula yang cukup tinggi. Jumlah gula yang tinggi dalam makanan bisa menyebabkan masalah gigi seperti penyakit gusi dan gigi berlubang. Jika Anda tak rajin membersihkannya, bisa-bisa gigi mudah berlubang akibat makan cokelat terlalu banyak.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
Terkini
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?