Suara.com - Masih Ada 12 Persen Anak Indonesia yang Belum Dapat Imunisasi Lengkap
Imunisasi Rutin Lengkap merupakan jaminan bagi kesehatan anak. Sayangnya, data terbaru dari Kementerian Kesehatan menyebut masih ada sekitar 12 persen anak di Indonesia yang belum mendapatkannya.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, dr. Anung Sugihantono, M.Kes mengatakan imunisasi rutin lengkap bisa membuat anak terhindar dari penyakit berbahaya seperti campak, rubella, polio, hingga hepatitis.
"Sebaran anak yang belum imunisasi lengkap ini hampir di semua daerah di Indonesia ada. Tapi proporsi terbesar ada di Indonesia bagian Timur," katanya saat Pekan Imunisasi Dunia di gedung Kemenkes, Jakarta, baru-baru ini, dikutip dari SehatNegeriku.
Perlu diketahui, imunisasi rutin lengkap tidak berhenti sampai anak usia 11 bulan, tetapi sampai anak usia sekolah dasar. Sehingga imunisasi rutin lengkap bukan sekadar melanjutkan pemberian imunisasi, tapi menguatkan bahwa anak usia sekolah dasar bisa diberikan perlindungan optimal.
Jenis imunisasi rutin lengkap yang diberikan adalah:
- bayi berusia kurang dari 24 jam berupa imunisasi Hepatitis B (HB-0)
- usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1)
- usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2)
- usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3)
- usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik)
- usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR),
- bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi (DPT-HB-Hib dan Campak/MR)
- kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR)
- serta anak kelas 2 dan 5 SD/madrasah/sederajat diberikan (Td).
Di samping itu, terdapat tantangan untuk mencapai 95% cakupan imunisasi lengkap. dr. Anung membagi tantangan tersebut menjadi 2 macam, yakni tantangan di masyarakat dan tantangan di tenaga kesehatan atau sistem pelayanan kesehatan.
“Tantangan di masyarakat saya gunakan istilah miss opportunity, misalnya sang anak harus ditimbang hari ini, pada saat ditimbang anak tersebut batuk pilek sehingga tidak dapat diimunisasi,” katanya.
Baca Juga: Italia Larang Anak yang Tak Diimunisasi untuk Masuk Sekolah
Terkait tantangan di tenaga kesehatan, dr. Anung menjelaskan, terkadang tenaga kesehatan yang akan memberikan vaksin, misalnya vaksin BCG 1 vial cukup untuk 10 anak, tapi yang datang hanya seorang anak. Artinya masih ada sisa vaksin untuk 9 anak yang tidak terpakai.
"Itu miss opportunity, padahal imunisasi itu ditentukan oleh waktu dan ditentukan oleh jenisnya. Jadi kalau misalnya pemberian imunisasi BCG mundur-mundur sampai 3 bulan, dan anak baru imunisasi BCG kita khawatir itu (pemberian vaksin BCG) tidak maksimal karena anaknya sudah terkontaminasi hal lain," ucapnya.
Maka dari itu, untuk menghadapi tantangan itu perlu kerja sama yang tidak hanya pemerintah saja, melainkan melibatkan media untuk membantu memberikan pemahaman tentang imunisasi kepada masyarakat.
"Kita akan terus mengupayakan pemahaman masyarakat. Kita juga akan meningkatkan mutu dan layanan bagi masyarakat. Media punya peran strategis untuk hal semacam itu," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Emiten Sejahtera Bintang Abadi Textile Pailit, Sahamnya Dimiliki BUMN
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan