Suara.com - Kopi selama ini memiliki imej buruk karena kandungan kafein di dalamnya. Meski demikian, tren ngopi terus berkembang, apalagi dengan hadirnya varian es kopi susu. Dan hasil penelitian terkini, menyatakan bahwa kopi pun ternyata bermanfaat membuat seorang anak dengan kelainan genetik langka mengatasi gejala penyakitnya.
Ya, dilansir dari laman Newsweek, seorang anak yang mengalami diskinesia terkait kelainan genetik ADCY5 mengalami perbaikan gejala setelah menyeruput kopi.
Gejala yang kerap dialaminya itu antara lain ditandai dengan gerakan tak sadar, termasuk menyentak, mata berkedut, tremor, otot tegang, dan badan yang menggeliat. Menurut Perpustakaan Kedokteran Nasional AS, setidaknya 400 orang telah didiagnosis menderita penyakit ini. Namun, ada kemungkinan jumlah penderita lebih banyak dari yang diperkirakan karena gejalanya sedikit mirip dengan cerebral palsy atau epilepsi.
Mereka yang mengidap penyakit ini dalam kondisi yang parah mungkin memiliki otot yang lemah, dan keterampilan motorik mereka mungkin berkembang lebih lambat daripada yang lain.
Hingga saat ini tidak ada pengobatan yang tersedia untuk diskinesia terkait ADCY5. Namun, para dokter Prancis tertarik ketika seorang ayah dan anak perempuan dengan gangguan tersebut mengklaim bahwa mereka dapat mencegah gerakan yang tidak diinginkan dengan minum kopi.
Para dokter di departemen neurologi Rumah Sakit Pitié-Salpêtrière di Paris, menganalisis bagaimana kopi dapat membantu anak lelaki berusia 11 tahun yang menderita kondisi tersebut.
Anak yang tidak disebutkan namanya itu pertama kali didiagnosis diskinesia pada usia 3 tahun. Wajah dan anggota tubuhnya kerap bergerak tanpa sadar, selama beberapa detik hingga 10 menit. Kadang-kadang, gerakan spontan ini akan memicu kedutan.
Pada usia 11 tahun, bocah itu bisa mengalami gejala ini hingga 30 episode setiap hari dan tentu saja menyebabkan gangguan besar dalam hidupnya. Dokter pun mencoba memberinya kopi. Pertama, satu cangkir espresso yang mengandung sekitar 100 mg kafein di sore hari, dan satu cangkir sebelum tidur. Setelah 45 menit gejalanya hilang, dengan efek yang berlangsung tujuh jam.
Kemudian dokter menaikkan dosis menjadi dua cangkir di sore hari dan setengah cangkir sebelum tidur. Hasilnya bocah ini tidak mengalami gejala bergerak tanpa sadar sama sekali. Bocah itu bisa menulis di kelas, berjalan pulang dari sekolah dan naik sepedanya tanpa harus mengalami kejang.
Baca Juga: Benarkah Apel Lebih Memberi Kita Energi daripada Kopi? Ini Penjelasannya!
Ketika orangtuanya secara tidak sengaja membeli kopi tanpa kafein, ternyata gejalanya kembali. Ketika mereka melanjutkan pengobatan kafeinnya, episode-episode itu lenyap lagi.
Dokter yang menangani bocah tersebut meyakini bahwa pengalamannya merupakan eksperimen nyata dan dia menyimpulkan bahwa kopi adalah pengobatan yang aman untuk diskinesia terkait ADCY5.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial