Suara.com - Banyak makanan yang konon pantang dikonsumsi ibu hamil. Salah satunya adalah makanan olahan. Hal ini karema makanan olahan dapat berdampak tak baik tidak hanya pada diri mereka, tapi juga bayi di dalam kandungan.
Sebuah penelitian mengungkap, makanan olahan yang sering dikonsumsi ibu hamil bisa jadi kunci untuk meningkatkan autisme di masa depan bagi buah hati mereka.
Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu apa yang jadi penyebab jumlah autisme yang semakin besar setiap harinya. Dengan temuan ini, para peneliti menyarankan agar ibu hamil lebih memerhatikan apa yang mereka konsumsi.
Makanan olahan yang dikonsumsi ibu hamil membuat efek besar pada otak janin yang sedang berkembang.
Sebagai bagian dari penelitian, tim peneliti mengidentifikasi perubahan molekuler yang terjadi ketika sel-sel punca neuro terpapar pada asam tingkat tinggi yang biasa ditemukan dalam makanan olahan.
Dalam studi yang diterbitkan 19 Juni di Scientific Reports, jurnal Nature, para peneliti menemukan Propionic Acid (PPA) dengan tingkat yang tinggi. Ini adalah kandungan yang sering digunakan untuk meningkatkan umur simpan makanan olahan dalam kemasan.
PPA sendiri dapat menghambat jamur dalam keju dan roti yang diproses secara komersial, yang efeknya bisa mengurangi perkembangan neuron di otak janin.
Saleh Naser, yang berspesialisasi dalam penelitian gastroenterologi di Sekolah Tinggi Ilmu Kedokteran Biomedis Burnett, memulai penelitian setelah laporan menunjukkan bahwa anak-anak dengan autisme sering menderita masalah lambung seperti sindrom iritasi usus besar.
Dia melihat hubungan antara kondisi usus dan otak dan mulai memeriksa bagaimana mikrobioma atau bakteri usus yang ternyata berbeda antara anak dengan autisme dan mereka yang tidak memiliki kondisi tersebut.
Baca Juga: Studi Pastikan Vaksin Campak Rubella Tidak Picu Autisme, Ini Alasannya
"Penelitian telah menunjukkan ada tingkat PPA yang lebih tinggi pada sampel tinja dan mikrobioma usus pada anak dengan autisme. Saya ingin tahu apa penyebabnya," Naser menjelaskan, seperti dikutip dari laman The Health Site.
Di laboratorium, para ilmuwan menemukan sel batang saraf yang terpapar PPA yang berlebihan dapat merusak sel-sel otak dalam beberapa cara. Pertama, PPA mengganggu keseimbangan alami antara sel-sel otak dengan mengurangi jumlah neuron dan memproduksi sel glial yang berlebihan.
Meski sel glial membantu mengembangkan dan melindungi fungsi neuron, namun jika jumlahnya terlalu banyak, ini dapat mengganggu konektivitas antar neuron. Mereka juga menyebabkan peradangan yang terlihat pada otak anak-anak dengan autisme.
Jumlah PPA yang berlebihan juga memperpendek dan merusak jalur yang digunakan neuron untuk berkomunikasi dengan seluruh tubuh.
Kombinasi dari berkurangnya neuron dan jalur yang rusak menghambat kemampuan otak untuk berkomunikasi, menghasilkan perilaku yang sering ditemukan pada anak-anak dengan autisme, termasuk perilaku berulang, masalah mobilitas, dan ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?
-
Cara Mencegah Stroke Sejak Dini dengan Langkah Sederhana, Yuk Pelajari!
-
12 Gejala Penyakit ISPA yang Wajib Diwaspadai, Serang Korban Banjir Sumatra
-
Stop Gerakan Tutup Mulut! 3 Metode Ampuh Bikin Anak Lahap MPASI di Usia Emas
-
Bukan Hanya Estetika: Ini Terobosan Stem Cell Terkini yang Dikembangkan Ilmuwan Indonesia
-
Kolesterol Jahat Masih Tinggi, 80 Persen Pasien Jantung Gagal Capai Target LDL-C
-
Waspada Ancaman di Tanah Suci: Mengapa Meningitis Jadi Momok Jemaah Haji dan Umrah Indonesia?