Suara.com - Sebagian besar wanita pasti senang dengan berbagai macam perawatan kecantikan, termasuk perawatan kuku. Banyak wanita menggunakan cat kuku untuk membuat penampilannya lebih sempurna.
Apalagi sekarang ini sudah banyak produk cat kuku dan tempat perawatan kuku yang memberikan harga murah meriah. Penawaran itulah yang akhirnya menggiurkan banyak wanita melakukan perawatan.
Ada yang senang mengganti cat kuku seminggu sekali, ada pula yang melakukannya sebulan sekali. Tetapi, apakah Anda sudah tahu efek penggunaan cat kuku pada tubuh setelah 10 jam?
Dalam sebuah penelitian yang dilansir dari Healthy Life Tricks melibatkan 24 wanita yang sering menggunakan cat kuku untuk mencari dampaknya pada tubuh.
Para peneliti menemukan cat kuku yang digunakan masing-masing orang mengandung zat triphylphospate. Lalu, wanita ini juga mengalami gejala klasik paparan bahan kimia setelah 10 jam menggunakan cat kuku.
Ternyata, hampir semua perusahaan cat kuku menggunakan zat ini dan tambahan zat lainnya yang sama-sama berbahaya. Adapun 3 zat berbahaya dalam cat kuku berikut ini.
1. Toluene
Zat ini berfungsi sebagai pelarut yang membuat kuku Anda terlihat mengkilap dan cantik. Tetapi, zat toluene dalam cat kuku ini bisa memengaruhi sistem saraf dan reproduksi pusat.
Sehingga konsekuensi menggunakan cat kuku berkualitas rendah dengan kandungan zat toluene bisa sakit kepala, kelemahan, pusing dan mual.
Baca Juga: Bukan Pria, Wanita Perokok 13 Kali Lebih Rawan Serangan Jantung Mematikan
2. Formaldehyde
Zat lain dalam cat kuku yang bisa memengaruhi tubuh yakni formaldehyde, gas tidak berwarna yang membuat kandungan minyak dalam cat kuku bertahan lama.
Zat dalam cat kuku ini bisa menyebabkan dermatitis atau luka bakar kimia. Pada kasus yang lebih parah bisa menyebabkan masalah detak jantung, kejang, dan kanker.
3. Dibutyl Phthalate
Dibutyl phthalate adalah zat dalam cat kuku yang memberikan bau harum seperti parfum. Kandungan zat ini bisa menyebabkan masalah endokrin, ginekologi dan saluran pernapasan.
Banyak spesialis yang merekomendasikan untuk menggunakan cat kuku ramah lingkungan dan tidak mengandung zat berbahaya tersebut.
Berita Terkait
-
Fakta dan Mitos tentang Gula: Apa yang Perlu Anda Ketahui?
-
Dokter Estetika Korea: Kulit Sehat Jadi Tren Baru Perawatan Kecantikan, Kenapa?
-
Wamensos Agus Jabo Ungkap Parahnya Dampak Banjir Bandang di Aceh Tamiang
-
Tren Kecantikan Bergeser ke Inside-Out, Terapi Ozon Jadi Solusi Sehat Sekaligus Glowing
-
Bukan Lagi Jerawatan, Remaja Kini Datang ke Klinik Agar Wajah Lebih Tirus
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia