Suara.com - IKABDI Nilai Kemenkes Tak Ada Kejelasan soal Obat Kanker Usus Besar
Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor HK.01.07/Menkes/707/2018 pada 1 Maret 2019 yang mengeluarkan obat bevacizumab dan cetuximab dari Formularium Nasional (Fornas) dan layanan BPJS, membuat ratusan pasien kanker usus besar kesusahan.
Lewat Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi IX DPR beberapa waktu lalu, disepakati agar keputusan tersebut direvisi atau ditunda, agar pasien tetap bisa mendapatkan kedua obat tersebut secara gratis.
Sayangnya sampai saat ini masih tidak jelas dan di lapangan, pasien masih tidak bisa mendapatkan kedua obat melalui BPJS.
"Saya diresepkan oleh dokter, bevacizumab karena sudah metastasis ke hati. Namun, ketika di farmasi obat tersebut ditolak dengan alasan bahwa obat kanker kolorektal tidak ditanggung lagi oleh BPJS Kesehatan. Infonya dari farmasi bahwa ada pencabutan dari Menteri Kesehatan sejak awal Maret ini. Sehingga, sudah empat bulan sampai sekarang saya belum bisa mendapatkan obat tersebut," kata Aisyah, seorang pasien kanker kolorektal.
Akibatnya, kondisi Aisyah semakin menurun. Belum lagi ukuran tumornya yang semakin membesar.
Menanggapi kondisi ini, Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Digestif Indonesia (IKABDI), menyerukan bahwa pasien kanker kolorektal metastasis sangat membutuhkan kejelasan atas ketetapan Menteri Kesehatan.
Melalui siaran pers yang diterima Suara.com, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Digestif Indonesia (IKABDI), dr. A. Hamid Rochanan, SpB-KBD, Mkes menjelaskan, bahwa sebenarnya sejak keluar rekomendasi hasil RDPU tanggal 11 Maret 2019, IKABDI sudah bertemu dua kali dengan Kemenkes.
"Pertemuan pertama diadakan tanggal 14 Maret (3 hari setelah RDPU), dan pertemuan kedua tanggal 18 Maret di Kemenkes dipimpin oleh Prof Iwan Dwiparahasto, selaku Ketua Fornas. Tujuannya adalah Kemenkes meminta pendapat atau masukan dari IKABDI secara keilmuan medis, tentang manfaat bevacizumab dan cetuximab. Pada pertemuan tersebut sudah diambil beberapa keputusan, salah satunya restriksi atau persyaratan pasien-pasien yang bisa tetap mendapatkan dua terapi target tersebut. Keputusan tersebut sudah final," terangnya.
Baca Juga: Yogurt Ampuh Lindungi Lelaki dari Risiko Kanker Usus
Sayangnya hasil rapat tidak dilaksanakan dan belum jelas mengapa rumah sakit takut memberikan kedua obat tersebut.
"Surat penundaan tidak ada, sosialisasi pasien masih boleh mendapatkan obat pun tidak ada. Pelaksana di lapangan (rumah sakit) bingung karena tidak ada surat apapun," jelas dr. Abdul Hamid.
Sampai detik ini belum ada pengganti obat bevacizumab. Oleh karenanya, IKABDI menilai pernyataan Kemenkes dan BPJS bahwa ada obat pengganti dianggap tidak tepat.
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
Ikan Sidat, Harta Karun Gizi Asli Indonesia: Rahasia Nutrisi Tinggi dalam Susu Flyon
-
Wajib Tahu! Kata Dokter, Korset Pasca Caesar Bukan Cuma Tren, Tapi Kunci Pemulihan Cepat
-
Bocoran Zaskia Sungkar: 3 Produk Wajib Ada untuk Kulit Newborn, Apa Saja?
-
Mengapa Jenazah Banjir Sumatera Tanpa Identitas Dikuburkan Tanpa Tunggu Identifikasi?
-
Rahasia Umbi Garut di Minuman Ini: Solusi Alami Obati GERD dan Maag yang Direkomendasikan Ahli Gizi!
-
Kewalahan Hadapi Dunia Digital? Ini Tantangan Parenting Terbesar Orang Tua Masa Kini
-
Cuaca Lagi Labil, Ini Tips Atasi Demam Anak di Rumah
-
Gangguan Irama Jantung Intai Anak Muda, Teknologi Ablasi Dinilai Makin Dibutuhkan
-
BPOM Edukasi Bahaya AMR, Gilang Juragan 99 Hadir Beri Dukungan
-
Indonesia Masuk 5 Besar Kelahiran Prematur Dunia, Siapkah Tenaga Kesehatan Menghadapi Krisis Ini?