Suara.com - Nutrisi dan Penanganan yang Tepat Bantu Anak Prematur Tumbuh Optimal
Ada 15 juta anak terlahir prematur di seluruh dunia setiap tahunnya. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena kelahiran prematur merupakan penyebab kematian tertinggi anak baru lahir.
Untuk itu masyarakat di seluruh negara memperingati Hari Prematur Sedunia pada tanggal 17 November setiap tahunnya.
Berdasarkan data WHO, terdapat 10 negara penyumbang 60 persen kelahiran prematur di dunia. Dari kesepuluh negara tersebut, Indonesia menempati peringkat kelima tertinggi dengan angka kelahiran prematur sekitar 675.500 pada tahun 2010.
Menurut Dr. dr. Ali Sungkar, Sp.OG-KFM, Dokter Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, ada beberapa faktor risiko yang dapat menjadi pemicu kelahiran prematur.
Faktor risiko tersebut di antaranya adalah usia ibu yang terlalu muda saat terjadi kehamilan, ibu yang hamil dengan anak kembar dua atau lebih, infeksi saat kehamilan, penyakit yang diderita ibu saat hamil seperti diabetes, hipertensi, anemia, hingga kurangnya nutrisi saat hamil, gaya hidup tidak sehat, dan gangguan kesehatan mental saat mengandung seperti depresi.
Hadir dalam acara "Bicara Gizi: Upaya Pencegahan dan Tata Laksana Anak Prematur Agar Tumbuh Kembang Optimal", Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, dr. M. Azharry Rully S, Sp.A, mengatakan bahwa anak yang lahir prematur masih memiliki kesempatan untuk tumbuh sehat seperti anak-anak lainnya.
"Ada tata laksana tertentu yang bisa diikuti dan diterapkan oleh orangtua dari anak prematur agar si kecil bisa mengejar ketertinggalan pertumbuhannya," ucap Azharry saat ditemui media di kawasan Jakarta Pusat, Kamis, (14/11/2019).
Tata laksana yang dapat diikuti orangtua dalam merawat anak prematur di antaranya adalah:
Baca Juga: Bayi Prematur Berisiko Alami Penyakit Jantung Bawaan, Ini Alasannya
1. Waspada Hipotermia
Karena kondisi kesehatannya, anak prematur atau berat lahir rendah lebih rentan untuk mengalami hipotermia. Pastikan setelah memandikan, anak benar-benar kering dan segera selimuti untuk menjaga suhu tubuhnya
2. Metode Kanguru
Ibu dapat mempraktikkan Metode Kanguru untuk menghangatkan anak baru lahir menggunakan suhu tubuh ibunya. Selain menghangatkan tubuh anak, metode kanguru juga dipercaya dapat meningkatkan berat badan bayi dengan cepat dan memperkuat ikatan antara ibu dan anak.
3. Jangan lupa ASI
Untuk menjaga berat badan anak setelah lahir, berikan ASI sesering mungkin walaupun waktu menyusuinya pendek, setidaknya sekali dalam 2 jam. Jika anak belum bisa menyusui, maka ASI perah dapat diberikan dengan peralatan pendukung seperti sendok atau gelas. Selain sebagai sumber nutrisi, ASI dapat meningkatkan imunitas dan perkembangan tubuh anak.
Berita Terkait
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
OJK Lapor Bunga Kredit Perbankan Sudah Turun, Cek Rinciannya
-
Profil PT Abadi Lestari Indonesia (RLCO): Saham IPO, Keuangan, dan Prospek Bisnis
-
Profil Hans Patuwo, CEO Baru GOTO Pengganti Patrick Walujo
-
Potret Victor Hartono Bos Como 1907 Bawa 52 Orang ke Italia Nonton Juventus
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
Terkini
-
9 Penyakit 'Calon Pandemi' yang Diwaspadai WHO, Salah Satunya Pernah Kita Hadapi
-
Kabar Baik Pengganti Transplantasi Jantung: Teknologi 'Heart Assist Device' Siap Hadir di Indonesia
-
Jennifer Coppen Ungkap Tantangan Rawat Kulit Sensitif Anaknya, Kini Lebih Selektif Pilih Skincare
-
Titiek Soeharto Klaim Ikan Laut Tidak Tercemar, Benarkah Demikian?
-
Bukan Cuma Kabut Asap, Kini Hujan di Jakarta Juga Bawa 'Racun' Mikroplastik
-
Terobosan Regeneratif Indonesia: Di Balik Sukses Prof. Deby Vinski Pimpin KTT Stem Cell Dunia 2025
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif