Suara.com - Anjing peliharaan dapat membuat pemiliknya merasa bahagia. Namun perlu hati-hati, anjing peliharaan rupanya juga bisa menularkan infeksi.
Seperti dilansir dari Live Science, seorang wanita di Israel didiagnosis dengan infeksi bakteri yang kemungkinan tertular dari jilatan anak anjing peliharaannya.
Tahun lalu, wanita berusia 86 tahun itu pergi ke rumah sakit karena demam, mual, muntah, dan nyeri di kaki kanannya.
Menurut laporan yang diterbitkan 2 Desember di The Journal of Emergency Medicine, dia bergantung pada kursi roda dan sedang dirawat karena diabetes serta rheumatoid arthritis.
Di rumah sakit, para dokter menemukan bahwa dia menderita demam, detak jantung yang tinggi dan tanda-tanda selulitis di pergelangan kaki kanan dan kaki bagian bawah.
Selulitis adalah infeksi kulit umum yang disebabkan oleh bakteri yang dapat menyebabkan kemerahan pada kulit, pembengkakan dan nyeri tekan. Para dokter juga memperhatikan bahwa wanita itu memiliki beberapa luka dan lecet di kulit di antara jari kakinya.
Analisis darahnya mengungkapkan bahwa dia terinfeksi Streptococcus canis, bakteri yang dapat ditransfer ke manusia dari hewan lain. Dalam kasus ini, wanita itu mencatat bahwa ia memiliki beberapa anak anjing yang sering menjilat kakinya, menurut laporan itu.
Peneliti mengungkap bahwa sangat jarang bakteri seperti itu dalam jilatan hewan peliharaan yang menyebabkan infeksi pada manusia. "Coba pikir bagaimana orang di seluruh dunia dijilat oleh hewan peliharaan mereka dan tidak sakit," ata pemimpin penulis dr. Zohar Lederman.
Agar seseorang terinfeksi, bakteri harus mengakses lapisan yang lebih dalam daripada epidermis, yakni lapisan atas kulit. "Ini paling sering terjadi karena kekeringan pada kulit yang menciptakan lesi kecil," katanya.
Baca Juga: Belum Waktunya MPASI, Bayi Berusia 40 Hari Meninggal Usai Diberi Pisang
Terlebih lagi, dalam kasus ini, wanita itu tidak hanya memiliki retak di kulitnya tetapi juga sistem kekebalan tubuh yang lemah karena obat yang ia gunakan untuk rheumatoid arthritis.
Beberapa hari setelah dirawat dengan antibiotik, wanita itu membaik dan dipulangkan "dalam kondisi stabil," kata Lederman. Para peneliti menerbitkan studi kasus ini untuk meningkatkan kesadaran akan potensi penyakit yang melompat dari hewan ke manusia . "Dokter harus berkolaborasi dengan dokter hewan dalam merawat manusia dan hewan," tulis mereka.
Berita Terkait
Terpopuler
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
- 7 Rekomendasi Sabun Cuci Muka dengan Niacinamide untuk Mencerahkan Kulit Kusam
- John Heitingga: Timnas Indonesia Punya Pemain Luar Biasa
Pilihan
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
Terkini
-
Bukan Hanya Estetika: Ini Terobosan Stem Cell Terkini yang Dikembangkan Ilmuwan Indonesia
-
Kolesterol Jahat Masih Tinggi, 80 Persen Pasien Jantung Gagal Capai Target LDL-C
-
Waspada Ancaman di Tanah Suci: Mengapa Meningitis Jadi Momok Jemaah Haji dan Umrah Indonesia?
-
Dapur Jadi Ruang Kelas: Cara Efektif Ajarkan Gizi pada Anak Melalui Memasak
-
Waspada! Ini Alasan Migrain Sangat Umum Menyerang Anak dan Remaja
-
Ikan Sidat, Harta Karun Gizi Asli Indonesia: Rahasia Nutrisi Tinggi dalam Susu Flyon
-
Wajib Tahu! Kata Dokter, Korset Pasca Caesar Bukan Cuma Tren, Tapi Kunci Pemulihan Cepat
-
Bocoran Zaskia Sungkar: 3 Produk Wajib Ada untuk Kulit Newborn, Apa Saja?
-
Mengapa Jenazah Banjir Sumatera Tanpa Identitas Dikuburkan Tanpa Tunggu Identifikasi?
-
Rahasia Umbi Garut di Minuman Ini: Solusi Alami Obati GERD dan Maag yang Direkomendasikan Ahli Gizi!