Suara.com - Kabar mengenai adanya pasien diduga (suspect) terinfeksi virus corona yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar, Bali, telah diketahui oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Anggota PB IDI, Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, Sp.PD-KPTI, FACP, FINASIM, Ph.D yang merupakan ahli penyakit tropik dan infeksi mengaku, sudah mendengar kabar tersebut dua hari lalu, tepatnya Selasa (21/1/2020) sore.
Namun saat itu, kata dia, IDI baru mendapatkan informasi ada 2 pasien suspect virus corona di RSUP Sanglah.
"Jadi saya dihubungi, karena kami dari himpunan dokter tropik infeksi, jadi memang ada ahli-ahli khusus tropik infeksi, salah satu sejawat ini menangani 2 pasien secara berurutan di waktu yang berbeda," ujar Dr. Erni di kantor Sekretariat IDI, Jakarta Pusat, Jumat (24/1/2020).
Pasien pertama yang dirawat di RSUP Sanglah, kata dr Emi, berasal dari Wuhan, tapi sebelumnya sempat ke Thailand sebelum kasus virus corona Thailand dilaporkan. "Lalu dia ke Bali, dia sakit pneumonia berat, usianya juga di atas 60," cerita dr Emi.
Setelah dilakukan pemeriksaan dahak pasien tersebut, sampelnya kemudian dikirim ke Litbangkes di Jakarta dan hasilnya negatif. Namun, kata dr Emi, yang menjadi kekhawatiran adalah virus corona merupakan virus baru yang belum diketahui mekanisme, pakem dan tatalaksana yang tepat.
Apalagi, lanjut dr Emi, penularannya tidak terlihat karena melalui udara (airborne disease).
"Beliau ini dengan istrinya sudah cek darah, udah dikonfirmasi pemeriksaannya ke litbangkes, itu tidak confirm alias negatif. Lalu apa yang harus dilakukan, karena waktu itu belum ada penjelasan dari kemenkes, tapi ya ini tatalaksana dengan infeksi airborne. Seperti biasa kalau ada penularan lewat udara apa sih tata laksananya," ungkapnya panjang lebar.
Baca Juga: Dibanding SARS dan MERS, Virus Corona Baru dari China Dinilai Tidak Agresif
Untuk yang suspect, sambung dr Emi, medis kemudian melakukan investigasi apakah pasien sudah bertemu dan kontak dengan orang terdekat, yang bisa dicurigai tertular virus corona, meski mereka belum merasakan sedikit pun gejalanya seperti batuk, bersin, pusing, sesak napas, dan demam, atau gejala pneumonia pada umumnya.
"Dicari orang sekelilingnya, itu yang sedang dilakukan. Jadi, sudah langsung dengan dinas kesehatan untuk PE (penyelidikan evidence based). Langsung dicari, bapak dalam 5 hari terakhir ke mana saja, ketemu siapa aja, beliau ini dicari kemudian dicek, biarpun belum sakit," tutur dr Emi merinci.
Nah, untuk mencegah berkembang biak lebih besar, maka pasien suspect virus corona, sambung dia, juga harus diisolasi di ruang bertekanan negatif. Perawatan dilakukan khusus selama beberapa hari dan terus dipantau untuk dilakukan pengecekan.
"Kalau negatif di awal kapan harus diulang (tesnya). Sebenarnya kalau pakai teori secara umum harusnya enggak perlu diulang, tapi kita kan berbicara barang (virus) baru. makanya ada beberapa di WHO yang mau dikembangkan, nah di situ masalahnya," tutup dr. Erni.
Tag
Berita Terkait
-
Heboh Virus Corona, Nasib 420 Mahasiswa Indonesia yang Kuliah di China?
-
Cegah Virus Corona, DPR ke Kemenlu: Berlakukam Travel Warning ke Wuhan
-
Virus Corona Mencekam, Belasan Petugas Medis di China Ikut Terinfeksi!
-
Keluarga Dilarang Kontak Langsung, Pasien Suspect Corona Diisolasi di RSPI
-
2 Bandara di Indonesia Ini Dijaga Ketat dari Penyebaran Virus Corona
Terpopuler
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 4 Mobil Listrik Termurah di Indonesia per Oktober 2025: Mulai Rp180 Jutaan
Pilihan
-
6 Fakta Isu Presiden Prabowo Berkunjung ke Israel
-
Harga Emas Antam Hari Ini Cetak Rekor Tertinggi Pegadaian, Tembus Rp 2.565.000
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
Terkini
-
Tips Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Menstruasi untuk Remaja Sehat dan Percaya Diri
-
Lagi Stres Kok Jadi Makan Berlebihan? Ini Penjelasan Psikolog Klinis
-
Otak Ternyata Bisa Meniru Emosi Orang, Hati-hati Anxiety Bisa Menular
-
National Hospital Surabaya Buktikan Masa Depan Medis Ada di Tangan AI!
-
Inovasi Bedah Robotik Pertama di Indonesia: Angkat Kanker Payudara Tanpa Hilangkan Bentuk Alami
-
Riset Ungkap Rahasia Bahagia: Bergerak 15 Menit Setiap Hari Bikin Mental Lebih Sehat
-
Mengembalikan Filosofi Pilates sebagai Olahraga yang Menyatukan Gerak, Napas, dan Ketenangan
-
Perawatan Mata Modern di Tengah Maraknya Gangguan Penglihatan
-
Terungkap! Ini Rahasia Otak Tetap Prima, Meski di Usia Lanjut
-
Biar Anak Tumbuh Sehat dan Kuat, Imunisasi Dasar Jangan Terlewat