Suara.com - Komisi kesehatan Shanghai pada Sabtu (8/2/2020) kemarin, mengumumkan bahwa virus corona Wuhan dapat menular melalui aerosol atau udara dalam sebuah konferensi pers di Shanghai.
Aerosol pada dasarnya adalah partikel kecil tempat tetesannya menguap dan dapat bertahan di udara untuk waktu yang lama, menurut Mount Sinai Hospital.
Zeng pun menyarankan warga China untuk mengambil tindakan pencegahan dengan membatalkan semua kegiatan sosial dan pertemuan, membuka jendela untuk menjaga sirkulasi udara dan mendesinfeksi rumah.
Tetapi, Wang Linfa, yang merupakan direktur program penyakit menular di Duke-NUS Medical School, mengatakan dirinya tidak menganggap pengumuman tersebut sebagai sesuatu yang sangat serius.
Ia akan menunggu sampai sebuah makalah ilmiah yang menunjukkan bukti jelas mengenai transmisi aerosol terbit, tuturnya dalam sebuah konferensi pers yang diadakan pada Senin (10/2/2020) di Singapura.
"Mereka tidak mengatakan bagaimana mereka mendapat kesimpulan tersebut, dan beberapa banyak orang yang telah menyebabkan transmisi aerosol," ujar Wang.
Frekuensi transmisi aerosol juga penting, katanya, dalam membangun respons. "Jika itu bisa terjadi dalam satu dari 10.000 kasus, itu buruk, tetapi kita tidak perlu khawatir," sambungnya, dilansir South China Morning Post.
Pendapat ini pun sama dengan yang dikatakan oleh Dr. Feng Fuzhao, seorang peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, pada Minggu (9/2/2020).
Dr. Feng mengatakan masyarakat tak perlu panik karena belum ada bukti yang menunjukkan virus baru dapat ditularkan melalui transmisi aerosol.
Baca Juga: Kasus Meningkat, Singapura Teliti Pembuatan Vaksin Virus Corona Wuhan
Direktur eksekutif Singapore's National Cantre for Infectious Diseases, Leo Yee-Sin, mengatakan cara penularan seperti ini akan membuat kondisi ini sangat menular dan menempatkannya pada tingkat yang sama dengan campak, cacar dan TBC.
Jadi, menurutnya penyebaran melalui aerosol belum memiliki cukup bukti yang jelas.
Namun, jika melihat pengaturan medis, ia tidak mengesampingkan adanya aerosolisasi mengingat beberapa pasien virus corona harus diintubasi dan diberi oksigen. Itulah sebabnya, ia menambahkan, tenaga medis perlu melindungi diri dengan masker N95 dan peralatan pelindung lainnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Inovasi Bedah Robotik Pertama di Indonesia: Angkat Kanker Payudara Tanpa Hilangkan Bentuk Alami
-
Riset Ungkap Rahasia Bahagia: Bergerak 15 Menit Setiap Hari Bikin Mental Lebih Sehat
-
Mengembalikan Filosofi Pilates sebagai Olahraga yang Menyatukan Gerak, Napas, dan Ketenangan
-
Perawatan Mata Modern di Tengah Maraknya Gangguan Penglihatan
-
Terungkap! Ini Rahasia Otak Tetap Prima, Meski di Usia Lanjut
-
Biar Anak Tumbuh Sehat dan Kuat, Imunisasi Dasar Jangan Terlewat
-
Susu Kambing Etawanesia Bisa Cegah Asam Urat, Ini Kata dr Adrian di Podcast Raditya Dika
-
Toko Roti Online Bohong Soal 'Gluten Free'? Ahli Gizi: Bisa Ancam Nyawa!
-
9.351 Orang Dilatih untuk Selamatkan Nyawa Pasien Jantung, Pecahkan Rekor MURI
-
Edukasi PHBS: Langkah Kecil di Sekolah, Dampak Besar untuk Kesehatan Anak