Suara.com - Sebuah perusahaan teknologi medis di Singapura dikabarkan tengah mengembangkan alat rapid test atau tes cepat untuk Covid-19. Seperti dilansir dari Today Online alat ini akan dapat mendeteksi penyakit dalam waktu kurang dari 10 menit.
Rencananya batch pertama tes cepat ini diharapkan akan tersedia pada bulan depan.
Perangkat tes yang dikembangkan oleh Biolidics LimitedD dapat mendeteksi Covid-19 dengan akurasi lebih dari 95 persen menggunakan serum, plasma atau sampel darah lengkap.
Mereka mengatakan bahwa telah mendapat izin sementara dari Otoritas Ilmu Kesehatan untuk kit uji yang akan digunakan di Singapura.
Biolidics menambahkan bahwa pihaknya telah bekerja dengan perusahaan layanan kesehatan Clearbridge Health untuk mendapatkan persetujuan dan otorisasi yang relevan dari berbagai otoritas kesehatan di wilayah tersebut untuk penggunaan rapid test kit.
Setelah persetujuan yang relevan telah diperoleh, Biolidics berharap bahwa test kit ini bisa digunakan di Filipina, Malaysia, Indonesia dan Hong Kong.
Mereka juga mengatakan bahwa alat tes cepatnya mudah digunakan dan dapat memungkinkan skrining terdesentralisasi yang lebih efektif dan efisien di antara pasien yang diduga Covid-19.
Kit tersebut dapat digunakan di titik masuk perbatasan serta kelompok infeksi potensial.
“Saat ini, pengujian reaksi rantai polimerase (PCR) digunakan untuk mengkonfirmasi pasien dengan Covid-19 tetapi ini adalah teknik laboratorium dan membutuhkan spesialis laboratorium dan peralatan pengujian medis khusus. Oleh karena itu, pengujian PCR untuk Covid-19 umumnya membutuhkan setidaknya tiga jam untuk mendapatkan hasil tes,” kata Biolidics.
Baca Juga: Innalillahi, Ketum PB PASI dan Mantan Menperindag Bob Hasan Tutup Usia
Mereka menambahkan, mengingat meningkatnya kekhawatiran tentang penyebaran Covid-19, ada permintaan yang meningkat untuk solusi sederhana, cepat dan akurat untuk mengendalikan dan mengurangi penyebaran Covid-19.
Dr Leong Man Chun, kepala eksekutif sementara Biolidics, mengatakan bahwa pengujian Covid-19 sangat penting untuk melacak pandemi yang telah menyebar dengan cepat di seluruh dunia".
“Menggunakan kit uji cepat Biolidics, kami dapat mengaktifkan pengujian di tempat perawatan untuk kumpulan kluster yang lebih besar, menghasilkan skrining terdesentralisasi yang lebih efektif dan efisien di antara kasus-kasus yang diduga," kata Leong.
Dengan hasil yang lebih cepat dan akurat, alat ini dapat dapat memandu keputusan perawatan dan lebih meningkatkan langkah-langkah keselamatan publik.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?