Suara.com - Pasien corona biasanya akan memperlihatkan tiga gejala umum, yakni demam, batuk kering persisten dan sesak napas. Namun penelitian baru menunjukkan bahwa pasien corona dapat memperlihatkan tanda-tanda serangan jantung.
Dilansir dari Medical Daily, sebuah studi baru pada 18 pasien Covid-19 dari 6 rumah sakit di New York melihat bacaan elektrokardiografi (EKG) untuk menganalisis kondisi hati mereka.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami metode pengobatan yang kompleks untuk orang dengan Covid-19 dan masalah jantung yang sudah ada sebelumnya.
Makalah yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine pada 17 April, mencatat fenomena yang tidak biasa mengenai bagaimana pasien mengalami serangan jantung. Ditemukan setengah dari pasien ini tidak menderita serangan jantung melalui penyumbatan arteri.
Myocardial Infarction (STEMI) adalah suatu kondisi ketika salah satu arteri utama yang memasok oksigen tersumbat. Ini bukan penyebab serangan jantung pada 56 persen, atau sepuluh pasien itu.
"Cedera miokard non-koroner" adalah penyebab di balik serangan jantung dan itu bukan disebabkan oleh penyumbatan arteri konvensional.
Jika bukan penyumbatan arteri, apa yang menyebabkan cedera jantung ini?
"Cedera miokard pada pasien dengan Covid-19 dapat disebabkan oleh pecahnya plak, badai sitokin, cedera hipoksia, kejang koroner, mikrotrombi, atau cedera endotel atau vaskular langsung," ujar tim yang dipimpin oleh Dr. Sripal Bangalore, seorang profesor kedokteran di NYU Langone Health.
Dari semua pasien ini, secara keseluruhan 13 atau 72 persen dari mereka meninggal. Sembilan dari sepuluh pasien dengan cedera miokard non-koroner meninggal, sementara empat pasien dengan infark miokard tidak berhasil.
Baca Juga: Tak Peduli Ada Corona dan Ramadan, 3 Pasang Remaja Asyik Mesum di Hotel
Obat-obatan yang menangani gumpalan darah mungkin tidak bekerja untuk setengah dari pasien ini, karenanya kompleksitas yang mendasari kasus-kasus ini perlu penyelidikan lebih lanjut.
Karena tingkat kematian yang tinggi, Bangalore mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk melakukan lebih banyak penelitian untuk memahami bagaimana Covid-19 memengaruhi pasien dengan kondisi jantung yang sudah ada sebelumnya.
Di mana semuanya menunjukkan tanda-tanda klasik serangan jantung, baik selama tinggal atau setelah masuk rumah sakit.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan