Suara.com - Kebanyakan Makan Saat Lebaran Bisa Datangkan Penyakit? Ini Kata Dokter
Lebaran jadi banyak salah satu momen ketika banyak makanan di rumah. Meski pemerintah menganjurkan silaturahmi dilakukan secara daring untuk mencegah infeksi virus corona, tak menjadi alasan menghilangkan menu lebaran.
Mulai dari ketupat beserta opor, rendang, hingga sayur labu yang kebanyakan terbuat dari santan. Hingga aneka kue kering dan minuman manis sebagai cemilan bagi anggota keluarga di rumah atau tetangga yang datang berkunjung.
Ketupat beserta lauk pauknya mungkin telah habis dalam waktu dua hari lebaran. Tapi bagaimana dengan kue-kue kering dan minuman manisnya? Mungkin telah menjadi cemilan rutin selama satu pekan ini ya.
Makanan-makanan tersebut memang terasa lebih nikmat saat hari raya, tapi bukan berarti boleh seenaknya disantap. Tubuh bisa protes dengan menimbulkan gejala penyakit yang sebelumnya tak dirasakan sebelum lebaran. Atau justru menambah rasa sakit dari penyakit yang telah ada.
Dokter spesialis penyakit dalam dari RS Pondok Indah Ikhsan Mokoagow mengatakan orang sebelumnya sehat lalu terlalu banyak makan saat lebaran bisa mengalami masalah pada sistem pencernaannya.
"Mereka yang sehat masalah lebih kepada pencernaan paling sering. Banyak makan pedas, makanan asam apalagi, bisa menyebabkan gangguan lambung dan sakit pada ulu hati," kata Ikhsan saat siaran langsung bersama Instagram Mother and Baby, Jumat (29/5/2020).
Makan dengan porsi berlebihan juga menyebabkan refluks gastroesofagus atau dikenal juga dengan gerd, kata Ikhsan. Di mana asam lambung mengalir ke saluran makanan.
"Lebih masalah lagi karena gak bisa ke mana-mana jadi lebaran cuma nyemil sambil berbaring. Udah makan terus-terusan, sambil berbaring juga menyebabkan gerd itu tadi," ucapnya.
Baca Juga: Awas, Kebanyakan Makan Makanan Tinggi Gula Berisiko Depresi!
Sementara orang yang memang telah memiliki penyakit terdahulu seperti hipertensi, diabetes, kolesterol, hingga jantung, pola makanan yang sembarangan ketika lebaran tentu bisa berakibat fatal.
"Kelompok yang memang sudah memiliki penyakit kronis kalau menerapkan pola makan yang sama, apalagi kurang olahraga, bisa sebabkan gula darah naik, hipertensi dan kolesterol juga tak terkontrol," tuturnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis