Suara.com - Seorang pasien Covid-19 yang pertama menerima transplantasi paru-paru di Amerika Serikat telah diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada Jumat (31/7/2020).
Mayra Ramirez yang berusia 28 tahun harus menjalani transplantasi pada 5 Juni lalu lantaran Covid-19 menimbulkan kerusakan permanen pada paru-parunya.
Namun, agar bisa menjalani transplantasi, ia diharuskan bersih dari virus. Sebab, pasien transplantasi harus mengonsumsi obat penekan kekebalan tubuh setelah operasi.
Fungsi dari obat-obatan ini adalah untuk mencegah tubuh menolak organ baru, tetapi efek sampingnya sistem kekebalan tubuh akan menurun sehingga tidak dapat melawan infeksi aktif.
"Begitu tubuh Mayra memberantas virus, sangat jelas bahwa kerusakan paru-parunya tidak akan sembuh, dan kami perlu melakukan transplantasi paru-paru," kata Dr Beth Malsin, spesialis paru dan spesialis perawatan kritis di Northwestern Memorial Hospital.
Mayra dilaporkan terbangun setelah menjalani operasi 10 jam.
"Saya tidak mengenali tubuh saya sendiri," tutur Mayra, dilansir Live Science.
Sebelum operasi, Mayra menghabiskan enam minggu di ruang ICU yang mendapat bantuan ventilator dan oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO), yang memompa darah teroksigenasi ke seluruh tubuh ketika jantung dan paru-paru tidak dapat melakukannya sendirian.
Ahli bedah yang menangani Mayra mengatakan gadis muda itu harus mengonsumsi obat anti-penolakan selama sisa hidupnya.
Baca Juga: Petugas Lab Lecehkan Pasien Corona, Modus Tes Swab dari Vagina
"Tetapi karena dia masih muda dan sehat, dia akan terus menjadi lebih kuat dan lebih kuat," jelas Dr. Ankit Bharat.
Setelah Mayra, rumah sakit itu juga melakukan transplantasi paru-paru kedua kepada Brian Kuhns, seorang pasien Covid-19 berusia 62 tahun.
"Mayra dan Brian tidak akan hidup hari ini tanpa transplantasi paru-paru," kata Bharat.
Ia menambahkan, virus corona sudah merusak paru-paru kedua pasiennya itu, menyebabkan mereka sakit parah saat menjalani prosedur transplantasi.
Operasi umumnya memakan waktu enam hingga tujuh jam, tetapi untuk kasus Mayra dan Khuns memerlukan waktu hingga 10 jam karena ada begitu banyak peradangan dan jaringan mati di paru-paru mereka.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- 5 Sepatu Nineten Terbaik untuk Lari, Harga Terjangkau Mulai Rp300 Ribu
Pilihan
-
Harga Emas Melonjak! Antam Tembus Level Rp 2.622.000 di Pegadaian, UBS Ikut Naik
-
Purbaya Mau Turunkan Tarif PPN, Tapi Dengan Syarat Ini
-
Isu HRD Ramai-ramai Blacklist Lulusan SMAN 1 Cimarga Imbas Kasus Viral Siswa Merokok
-
Sah! Garuda Indonesia Tunjuk eks Petinggi Singapore Airlines jadi Direktur Keuangan
-
Gaji Program Magang Nasional Dijamin Tak Telat, Langsung Dibayar dari APBN
Terkini
-
RS Swasta Gelar Pameran Kesehatan Nasional, Ajak Publik Hidup Lebih Sehat dan Peduli Diri
-
Lawan Kanker: Tenaga Biomedis RI Digenjot Kuasai Teknologi Pencitraan Medis!
-
Lebih dari Sekadar Lari: Half Marathon dengan Pemandangan Ikonik Jakarta
-
Cuaca Panas Bikin Kulit Gatal dan Ruam Merah? Itu Tanda Alergi, Ini Obat yang Tepat
-
Peer Parenting: Rahasia Ibu Modern Membangun Generasi Luar Biasa
-
Rahmad Setiabudi Jadi Pelari Indonesia Tercepat di Chicago Marathon 2025
-
Kenapa Anak Muda Sekarang Banyak Terserang Vertigo? Ini Kata Dokter
-
Tips Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Menstruasi untuk Remaja Sehat dan Percaya Diri
-
Lagi Stres Kok Jadi Makan Berlebihan? Ini Penjelasan Psikolog Klinis
-
Otak Ternyata Bisa Meniru Emosi Orang, Hati-hati Anxiety Bisa Menular