Suara.com - Ada masa jendela terkait infeksi HIV AIDS yang penting diketahui. Periode itu menjadi waktu emas untuk melakukan tes HIV terhadap orang yang berisiko tertular.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan, masa jendela itu hanya selama tiga minggu pertama pasca seseorang tertular atau melakukan hubungan seks dengan risiko terpapar HIV.
"Kalau merasa melakukan perilaku berisiko atau merasa terpapar virus HIV, penting melakukan tes. Karena sampai minggu ketiga sampai tiga bulan berikutnya tidak bisa kemungkinan mendeteksi antibodi HIV. Hasilnya akan negatif. Dalam hal ini kita sebut sebagai masa jendela," jelas Nadia dalam webinar 'Tahun Baru dan Semangat Baru Menuju Akhir AIDS 2030: Sanggupkah Kita atau Retorika Belaka?", Selasa (29/12/2020).
Ia mengingatkan, jika setelah melakukan perilaku risiko tertular HIV kemudian ada gejala demam, kurang fit, atau penurunan imunitas tubuh sebaiknya segera lakukan pemeriksaan HIV. Kemudian ulangi kembali satu atau dua minggu kemudian.
Menurut Nadia, jika pemeriksaan lewat dari 3 minggu maka antibodi HIV tidak akan terdeteksi dan orang tersebut tidak akan mengetahui jika telah terinfeksi juga tidak mengelami gejala namun masih bisa menularkan kepada orang lain. Kondisi itu bisa terjadi hingga 10 tahun.
"Dalam 5 sampai 10 tahun seorang yang sudah ada virus HIV di dalam akan aktivitas secara normal, sambil kemudian sistem kekebalan tubuh juga semakin menurun dan muncul pada kondisi yang kita sebut AIDS," ucapnya.
"Jadi periode 5-10 tahun ini orang dengan HIV positif tampak sehat, tidak ada keluhan, aktivitas normal. Tapi memiliki risiko untuk menularkan kepada orang lain," imbuh Nadia.
Setelah sepuluh tahun tahun tersebut, orang yang positif HIV baru akan merasakan gejala tertentu. Namun saat itu pula lah sebenarnya infeksi yang dialami telah mencapai stadium lanjut, kata Nadia.
"Ini kenapa kita mendorong untuk melakukan pemeriksaan dini supaya tidak jatuh pada kondisi AIDS. Kalau sudah AIDS akan sulit untuk diobati," tuturnya.
Baca Juga: Tes HIV Tunjukkan Positif Palsu, Vaksin Covid-19 Australia Batal Dipesan
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!