Suara.com - Paralisis atau kelumpuhan mengacu pada hilangnya kemampuan gerak otot di area tubuh tertentu, baik yang sifatnya sementara ataupun permanen.
Dilansir dari Medical News Today, paralisis terjadi ketika sinyal saraf terputus akibat kerusakan saraf, sumsum tulang belakang, ataupun otak.
Ada beberapa jenis paralisis, yang oleh dokter dikategorikan berdasarkan 4 hal berikut.
1. Keparahan
Derajat hilangnya fungsi otot menentukan tingkat keparahan paralisis. Paralisis parsial, atau paresis, menyebabkan kelemahan otot yang signifikan dan gangguan gerakan. Namun, orang dengan paresis dapat mempertahankan sedikit kendali atas otot yang terkena.
Paralisis total terjadi ketika seseorang tidak dapat menggerakkan bagian tubuh yang terkena.
2. Durasi
Durasi mengacu pada berapa lama kelumpuhan berlangsung. Beberapa kondisi medis, seperti sleep paralysis, stroke, dan Bell's palsy, dapat menyebabkan kelumpuhan sementara. Seiring waktu, orang dapat memperoleh kembali kendali sebagian atau penuh atas otot yang terkena.
Kondisi lain yang dapat menyebabkan paralisis sementara termasuk hyperkalemic atau paralisis periodik hypokalemic. Kondisi ini terjadi sebagai akibat mutasi yang mempengaruhi gen CACNA1S atau SCN4A.
Gen ini membawa instruksi untuk membuat protein yang mengangkut ion natrium dan kalsium masuk dan keluar dari sel otot. Aliran ion di dalam sel otot membantu menghasilkan kontraksi dan gerakan otot. Gangguan pada aliran ion dapat menyebabkan episode kelemahan dan kelumpuhan otot secara berkala.
Sementara itu, cedera kepala atau leher yang parah dan gangguan neuromuskuler dapat menyebabkan kelumpuhan permanen.
Baca Juga: Niatnya Suntik Filler agar Awet Muda, Wajah Wanita Ini Malah Lumpuh Sebelah
3. Lokasi
Kelumpuhan lokal memengaruhi area kecil tubuh, seperti wajah, tangan, atau kaki. Sedangkan kelumpuhan umum memengaruhi area yang lebih luas, termasuk beberapa bagian tubuh.
Jenis kelumpuhannya bisa meliputi:
- Monoplegia: Memengaruhi satu area, seperti satu lengan atau kaki.
- Hemiplegia: Memengaruhi satu lengan dan satu kaki di sisi tubuh yang sama.
- Paraplegia: Juga disebut kelumpuhan tubuh bagian bawah, ini memengaruhi kedua kaki dan terkadang pinggul dan organ di perut bagian bawah.
- Quadriplegia: Ini memengaruhi kedua lengan dan tungkai, dan kadang-kadang otot batang tubuh, fungsi organ dalam, atau keduanya.
4. Ketegangan otot
Paralisis lemah merusak neuron motorik bagian bawah yang merangsang pergerakan otot rangka. Seiring waktu, otot akan menyusut atau memburuk.
Penyebab lain termasuk radang sumsum tulang belakang, juga disebut myelitis, dan sindrom Guillain-Barré, kelainan autoimun langka di mana sistem kekebalan menyerang PNS.
Kelumpuhan kejang menyebabkan otot kaku, kejang tak disengaja, dan kelemahan otot. Bentuk kelumpuhan ini dapat terjadi akibat cedera sumsum tulang belakang, amyotrophic lateral sclerosis (ALS), stroke, atau paraplegia spastik herediter.
Gejala
Gejala paralisis sangat bervariasi, tergantung pada jenis dan penyebab masalahnya. Gejala yang paling umum adalah hilangnya fungsi otot pada satu atau lebih bagian tubuh. Sedangkan gejala lainnya meliputi:
Berita Terkait
Terpopuler
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Pihak Israel Klaim Kantongi Janji Pejabat Kemenpora untuk Datang ke Jakarta
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
Terkini
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya