Suara.com - Setelah proses pembuahan alami tidak kunjung mendapatkan buah hati, maka program bayi tabung kerap jadi harapan baru bagi pasangan suami istri.
Tapi terkadang tidak semua bisa berjalan lancar begitu saja. Ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan karena bisa memicu gagalnya program bayi tabung.
Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari pihak istri dan suami, maka selain kemampuan dokter yang mumpuni dan teknologi yang digunakan, dalam proses bayi tabung juga diperlukan kerjasama suami istri untuk menyukseskan program.
1. Usia perempuan pemilik sel telur
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi dr. Yassin Yanuar Mohammad, Sp.OG-KFER, M.Sc mengatakan jika usia perempuan sangat mempengaruhi kualitas sel telur.
Itulah mengapa peluang program bayi tabung akan semakin tinggi keberhasilannya jika ibu berusia di bawah 35 tahun. Mengingat jumlah dan kualitas sel telur menurun secara signifikan saat perempuan berusia 35 hingga 40 tahun.
"Maka usia sebelum 35 tahun peluang keberhasilan bayi tabung cukup tinggi. Bisa melampaui efektivitas sel telur normal sehari-hari, kualitas sel telur dipengaruhi usia," ujar dr. Yassin dalam acara perkenalan layanan RS Pondok Indah IVF Centre, Kamis (4/2/2021).
Beruntungnya teknologi menyimpan sel telur yang dimiliki RS Pondok Indah IVF Centre, memungkinkan para perempuan menyimpan sel telurnya di usia muda, sehingga saat sudah siap hamil kualitas sel telur di usia muda siap untuk digunakan dalam program bayi tabung.
2. Kualitas sperma dari suami
Baca Juga: Ini Pemenang Program Bayi Tabung Gratis Zaskia Sungkar dan Irwansyah
Bohong jika disebutkan hanya perempuan yang punya masalah infertilitas atau gangguan kesuburan, lelaki juga bisa kok, khususnya pabila kualitas sperma tidak baik sehingga tidak bisa membuahi sel telur.
Beruntung dalam teknologi bayi tabung terbaru, termasuk yang tersedia di RS Pondok Indah IVF Centre memungkinkan dokter untuk memilih sperma kualitas terbaik yang ada di tubuh suami.
Namun jika sperma cenderung normal, maka teknologi pembesaran sperma bisa dilakukan untuk mencari tahu adanya kerusakan pada DNA sperma.
"Ini juga pemeriksaan yang bisa dilakukan, untuk menskrining kelainan yang terkait sperma, ditambah metode bayi tabung sperma yang diseleksi adalah kualitas yang baik," terang dr. Yassin.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Uang Jemaah Disita KPK, Khalid Basalamah Terseret Pusaran Korupsi Haji: Masih Ada di Ustaz Khalid
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 24 September 2025: Kesempatan Dapat Packs, Coin, dan Player OVR 111
- Apa Kabar Janji 50 Juta Per RT di Malang ?
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis