Suara.com - Indonesia terlibat dalam uji klinis terbesar dunia, The Randomised Evaluation of COVID-19 Therapy atau yang disebut studi RECOVERY untuk mengevaluasi pengobatan Covid-19 dari seluruh dunia.
Kali ini uji klinis ini akan segera dilakukan di Indonesia, dan menggandeng peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, PhD, SpPD-KPTI, FACP, FINASIM sebagai peneliti utama.
Menurut Dr. Erni studi ini sangat bermanfaat untuk melihat seberapa efektif dan efisien pengobatan Covid-19 yang sudah dilakukan. Jangan sampai ada obat yang sebenarnya sudah tidak relevan dan berisiko berbahaya untuk pasien Covid-19, tapi masih saja digunakan.
"Misalnya, obat klorokuin atau hidroksiklorokuin tidak lagi direkomendasikan untuk mengobati Covid-19 dan obat deksametason telah masuk dalam rekomendasi pengobatan Covid-19 di RS di Indonesia," terang dr. Erni dalam konferensi pers virtual, Jumat (19/2/2021).
Klorokuin dan hidroklorokuin yang lebih mahal dan lebih berbahaya untuk pasien Covid-19, padahal ada obat deksametason yang lebih murah tapi juga berisiko lebih rendah. Salah satu temuan penting inilah yang berhasil didapatkan dalam studi RECOVERY di Inggris.
Studi ini pertama kali dilaksanakan di Inggris pada Maret 2020, telah memberikan rekomendasi dan berhasil mengubah perawatan klinis, termasuk temuan bahwa steroid dengan harga terjangkau, deksametason, dan pengobatan anti-inflamasi, tocilizumab, secara signifikan mengurangi risiko kematian ketika diberikan kepada pasien rawat inap dengan Covid-19 berat.
Rekomendasi ini kemudian digunakan pada praktik klinis di seluruh dunia untuk membantu menyelamatkan nyawa pasien dan memprioritaskan sumber daya perawatan kesehatan.
Terdapat beberapa rumah sakit Indonesia yang nantinya ikut terlibat dalam penelitian ini, yakni RS Metropolitan Medical Centre (MMC) Jakarta, RS Martha Friska Medan, dan RS Hasan Sadikin Bandung, dan beberapa rumah sakit lainnya akan segera bergabung.
Di Indonesia, studi akan diawali dengan mengevaluasi penggunaan aspirin dan kolkisin, karena obat ini sudah tersedia dan terjangkau. Namun seperti pelaksanaan studi RECOVERY di Inggris, uji coba ini bersifat adaptif dan obat baru akan ditambahkan seiring waktu.
Baca Juga: Sedang Update Sistem, Pelaporan Data Covid-19 Nasional Kini Manual
"Studi RECOVERY dinilai memiliki pencapaian yang luar biasa, dengan melibatkan lebih dari 35.000 pasien di Inggris dan memberikan rekomendasi yang akurat pada tempat perawatan," ujar Profesor Peter Horby, dari Emerging Infectious Diseases dan Global Health di Nuffield Department of Medicine, University of Oxford.
Harapan Prof. Horby adalah studi ini semakin bisa memperbaiki dan mempercepat mencari perawatan dan pengobatan yang relevan dan efisien untuk pasein Covid-19.
"Kami yakin melalui kemitraan internasional, kami dapat mempercepat evaluasi perawatan-perawatan baru untuk meningkatkan relevansi global dari hasiluji coba, membangun kapasitas, dan mengurangi upaya yang sia-sia pada studi kecil yang tidak informatif," pungkas Prof. Horby.
Berita Terkait
-
Korupsi Wastafel Rp43,59 Miliar saat Pagebluk Covid-19, SMY Ditahan Polisi
-
Katanya Ekonomi Tumbuh 5,12 Persen, Kok BI Pakai Skema saat Covid-19 demi Biayai Program Pemerintah?
-
Profil Carina Joe, Pahlawan Vaksin Covid-19 Raih Bintang Jasa Utama dari Presiden Prabowo
-
Alasan Covid Dimentahkan, Pengacara Roy Suryo Sebut Jawaban Kejagung soal Eksekusi Silfester Absurd
-
'Gangguan Jiwa' COVID-19: Riset Ungkap Tekanan Mental Akibat Kesepian saat Pandemi
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan