Suara.com - Masa remaja merupakan masa di mana sebagian besar masalah kesehatan muncul. Diagnosis pada masa ini meningkat, mulai dari remaja yang mengalami gangguan mood seperti depresi hingga penyakit kejiwaan yang luas seperti skizofrenia atau gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
Dampak dari penyakit mental sangat besar, salah satunya bunuh diri yang menjadi lima penyebab kematian paling umum pada remaja.
Berdasarkan studi pencitraan otak yang lebih baru menunjukkan otak terus berkembang atau berubah hingga usia dua puluhan dan tiga puluhan.
Selama masa remaja, materi abu-abu otak (tempat sel saraf) perlahan menyusut, sedangkan materi putih (pengubung antar sel saraf) masih terus berkembang.
Perubahan di otak ini menunjukkan bahwa jaringan saraf semakin menyempurnakan fungsi dan koneksinya, menyingkirkan apa yang tidak relevan dan memperkuat apa yang penting.
Ilmuwan percaya bahwa faktor pendorong perubahan ini adalah pertumbuhan myelin, zat lemak yang mengisolasi koneksi antar sel dan mengarah pada transmisi informasi yang lebih baik, lapor The Conversation.
Jadi, pada masa remaja fungsi otak sebenarnya masih dalam perkembangan. Ini mungkin menjelaskan mengapa remaja terkadang kesulitan untuk menggunakan keterampilan penalaran kompleks atau mengapa mereka bertindak sesuai dorongan hati dan mengambil risiko yang tidak perlu.
Perkembangan otak yang bertahan lama di korteks prefrontal mungkin juga menjadi penyebab lonjakan masalah kesehatan mental di kalangan remaja. Bagian otak ini berfungsi untuk berpikir, merencanakan, memutuskan sesuatu, mengontrol emosi dan tubuh, memahami diri sendiri, empati pada orang lain, dan moral.
Menurut ilmuwan, myelin di korteks prefontal tumbuh lebih lambat pada remaja yang bermasalah dengan kesehatan mentalnya.
Baca Juga: Dipaksa Mundur dari All England, Ketum PBSI: Mental Atlet Indonesia Down
Selain itu, penurunan pertumbuhan myelin ini sebenarnya terkait dengan memburuknya kesehatan mental dari waktu ke waktu.
Remaja yang memiliki pertumbuhan myelin paling sedikit di area prefontal terkait impuls ini adalah remaja yang memiliki sifat impulsif. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan erat dan dinamis antara perubahan kesehatan mental dan pematangan otak.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif