Suara.com - Penyakit hipertensi berisiko menyebabkan komplikasi yang merusak banyak organ tubuh. Tak heran jika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengategorikan hipertensi sebagai nomor satu penyebab kematian di dunia.
Benarkah mata dan jantung menjadi organ tubuh yang paling rawan rusak karena hipertensi?
"WHO menyatakan bahwa hipertensi adalah penyebab kematian tertinggi. Tidak tanggung-tanggung, disebutkan sebagai number one killer karena hipertensi sebagai penyakit tidak menular yang sekarang menjadi penyebab kematian tertinggi bersama dengan diabetes, kardiovaskuler," kata Ahli Nefrologi Anak Dr. Eka Laksmi Hidayati, Sp.A., dalam siaran lansung Tanya IDAI, Kamis (20/5/2021).
Meski berbahaya, sayangnya gejala hipertensi tidak akan langsung muncul meski tekanan darah terus meningkat. Dokter Eka mengatakan, tubuh manusia memiliki kemampuan adaptasi dan toleransi yang baik dalam segala kondisi.
Sehingga, gejala hipertensi umumnya baru muncul ketika tekanan darah sudah terlalu tinggi dan tak terkendali.
"Kalau sudah sangat tinggi baru bergejala. Biasanya pusing dan kehilangan pandangan, tiba-tiba tidak bisa melihat. Itu umumnya hal itu terjadi dalam kondisi tensi sangat tinggi. Jadi dalam perjalanannya naik perlahan, umumnya tidak bergejala," jelasnya.
Namun, mengetahui tekanan darah sudah terlalu tinggi justru membahayakan. Sebab bisa meningkatkan risiko kerusakan pada organ lain.
Dokter Eka menjelaskan, dalam rentang waktu tekanan darah meningkat secara perlahan, sebenarnya kerusakan organ sudah mulai terjadi. Kerusakan pertama biasanya terjadi pada jantung dan pembuluh darah kecil di mata.
"Sehingga mata juga pandangannya terganggu secara perlahan," imbuhnya.
Kondisi lebih membahayakan jika tekanan darah meningkat secara drastis.
Baca Juga: Catat, Batas Tekanan Darah Pada Anak Tidak Sama dengan Orang Dewasa
"Maka bisa terjadi gagal jantung dan gangguan penglihatan mata, tiba-tiba tidak bisa melihat. Dua organ itu yang seringkali jadi sasaran kalau hipertensi tidak terkontrol," kata dokter Eka.
Kondisi itu bisa terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak, baik gejala juga risiko komplikasi. Karenanya, dokter Eka menyarankan agar rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah minimal satu tahun sekali mulai dari usia anak 13 tahun.
"Secara umum hipertensi sebenarnya penyakit paling mudah didiagnosis. Tidak perlu pemeriksaan penunjang, pemeriksaan laboratorium. Hanya butuh pemeriksaan sederhana berupa pemeriksaan tensi," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Kabar Terbaru Eks Chelsea Oscar yang Dilarikan ke RS karena Masalah Jantung
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
5 Eye Cream untuk Mengurangi Mata Panda Akibat Begadang, Mulai Rp19 Ribuan
-
Mata Uang dan Martabat Bangsa: Menghapus Nol untuk Menghapus Inferioritas?
-
Viral! Detik-Detik Bentrok Ormas BPPKB Banten vs Debt Collector di Cengkareng, Bawa Bambu dan Batu
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda