Suara.com - Kampanye bahaya tembakau bukan hanya tugas pakar kesehatan dan pemerintah saja;. Tapi kalangan pemuka agama juga harus turut serta. Seperti konsistensi Muhammadiyah dengan gerakan pengendalian tembakau.
Gerakan ini membuat Muhammadiyah mendapat penghargaan South-East Asia Region World No Tobacco Day Award dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, tepat di Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) pada 31 Mei 2021 lalu.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr. Abdul Mukti, mengatakan gerakan ini sesuai dengan pesan Nabi Muhammad SAW agar lahir keturunan sehat, salah satunya dengan tidak merokok.
"Agar kita jangan meninggalkan keturunan yang lemah dan meninggalkan keturunan yang kuat“(Surat An Nisa ayat 9) , Nabi Muhammad menjelaskan “Orang mukmin yang kuat lebih baik daripada mukmin yang lemah,” ujar Prof Mukti, dalam diskusi Sabtu (12/6/2021).
Prof. Mukti juga mengingatkan perokok anak dan perempuan di Indonesia harus segera ditekan, jika tidak keturunan dan penerus bangsa akan mudah sakit akibat kebiasaan merokok.
Salah satu caranya dengan menerapkan zona bebas rokok, menjauhkan display rokok dengan diletakkan di tempat tersembunyi, dan mempeluas jaringan gerakan pengendalian tembakau yang dilakukan berbagai aktivis.
Adapun, menurut Prof. Mukti salah satu langkah yang sudah dilakukan Muhammadiyah ialah menerbitkan fatwa haram merokok di 2010, lewat Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Selanjutnya organisasi yang didirikan KH. Ahmad Dahlan ini, di 2020 kembali menerbitkan fatwa haramnya rokok elektronik.
Bahkan badan usaha milik Muhammadiyah otomatis jadi kawasan tanpa rokok, menolak promosi rokok, dan melakukan edukasi bahaya rokok di berbagai lapisan masyarakat.
Baca Juga: Soal Revisi PP 109 Tahun 2012: Ada Sejumlah Aliran Dana Asing Untuk Mendesak Revisi
"Hingga saat ini prevalensi perokok secara nasional masih tinggi yaitu 34,7 persen, dan tercatat sebagai perokok ketiga dunia dan prevalensi perokok lelaki tertinggi di dunia. Begitu juga perokok anak masih naik dari 7,2 persen di 2017 menjadi 9,1 persen di 2018," papar Prof. Mukti.
Itulah mengapa pengendalian tembakau ini harus terus berlanjut dan tidak berhenti, karena angka perokok masih saja terus mengalami kenaikan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Inovasi Bedah Robotik Pertama di Indonesia: Angkat Kanker Payudara Tanpa Hilangkan Bentuk Alami
-
Riset Ungkap Rahasia Bahagia: Bergerak 15 Menit Setiap Hari Bikin Mental Lebih Sehat
-
Mengembalikan Filosofi Pilates sebagai Olahraga yang Menyatukan Gerak, Napas, dan Ketenangan
-
Perawatan Mata Modern di Tengah Maraknya Gangguan Penglihatan
-
Terungkap! Ini Rahasia Otak Tetap Prima, Meski di Usia Lanjut
-
Biar Anak Tumbuh Sehat dan Kuat, Imunisasi Dasar Jangan Terlewat
-
Susu Kambing Etawanesia Bisa Cegah Asam Urat, Ini Kata dr Adrian di Podcast Raditya Dika
-
Toko Roti Online Bohong Soal 'Gluten Free'? Ahli Gizi: Bisa Ancam Nyawa!
-
9.351 Orang Dilatih untuk Selamatkan Nyawa Pasien Jantung, Pecahkan Rekor MURI
-
Edukasi PHBS: Langkah Kecil di Sekolah, Dampak Besar untuk Kesehatan Anak