Suara.com - Kasus positif Covid-19 di Indonesia melonjak lagi. Dalam beberapa hari terakhir terjadi lonjakan kasus Covid-19, di mana pertambahan hampir 10 ribu.
Epidemiologi Universitas Indonesia Prof. dr. Syahrizal Syarif melihat peningkatan kasus positif itu bagian dari musiman pasca libur panjang. Sehingga diprediksi tidak akan menjadi satu lonjakan besar berkepanjangan.
"Sebetulnya peningkatan ini wajar saja karena akibat libur lebaran. Kalau saat ini DKI dan beberapa daerah lainnya mampu melakukan penanganan pembatasan pergerakan, menjaga kepatuhan terhadap PPKM, lalu 3T juga ditingkatkan, saya kira, saya tidak melihat ini akan menjadi gelombang yang besar. Mungkin sekitar 2 atau 3 minggu lagi akan turun," kata Syarif dihubungi suara.com, Selasa (15/6/2021).
Lonjakan kasus tersebut tidak semata-mata karena dampak mudik lebaran. Menurut Syarif, meningkatnya kerumunan yang dilakukan masyarakat juga berkontribusi melesatnya jumlah kasus harian Covid-19 di beberapa daerah.
Kondisi saat ini sebetulnya juga sudah diprediksi. Syarif mengatakan, dari tahun lalu selalu terlihat pola peningkatan kasus positif beberapa minggu setelah waktu liburan.
"Ini kan sudah 2 tahun, dan memang prinsipnya berbeda-beda antara 20 sampai 50 persen peningkatan bahkan mungkin ada satu daerah bisa sampai 60 persen, jadi biasa. Tapi kadang-kadang ada wilayah yang tidak bisa mengendalikan, saya justru khawatir. Kalau diperhatikan dalam 6 bulan terakhir Bangka Belitung peningkatan kasus 12 kali lebih tinggi dibandingkan 6 bulan yang lalu, jadi ada beberapa potensi yang peningkatannya tinggi sekali. Seperti Yogya, dibanding 6 bulan yang lalu itu 5 kali lebih tinggi," paparnya.
Di tahun kedua pandemi saat ini, Pemerintah diminta untuk bisa belajar menentukan langkah apa yang paling efektif dalam menangani lonjakan kasus positif. Menurut Syarif, memang tidak harus sampai lockdown total. Dengan mengandalkan PPKM mikro saat ini telah cukup untuk mengendalikan wabah.
Akan tetapi, Pemerintah diminta tegas dalam menyikapi kerumunan yang masih dilakukan masyarakat. Syarif menyampaikan, tempat makan dan lokasi wisata menjadi area yang paling rawan terjadi kerumunan
"Itu yang sekarang harus tegas. Enggak boleh ada orang berada di satu meja 5 orang. Kalau dalam situasi sekarang seharusnya tidak boleh lebih dari 3 orang, coba pemerintah batasi," pungkasnya.
Baca Juga: 1.300 Orang Terpapar Virus Covid-19 di Kota Semarang, PPKM Mikro Diperketat
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?