Suara.com - Regulator obat China telah menyetujui uji coba vaksin Covid-19 campuran pertama di negara itu. Demkian kata sebuah perusahaan yang terlibat dalam penelitian tersebut.
Keputusan ini diambil karena penyebaran varian Delta yang cepat menimbulkan kekhawatiran tentang kemanjuran vaksin yang diproduksi di dalam negeri.
Uji coba akan menguji kemanjuran menggabungkan vaksin "tidak aktif" yang dibuat oleh Sinovac China dengan yang berbasis DNA yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi AS Inovio.
Pernyataan itu dikeluarkan oleh Advaccine Biopharmaceuticals Suzhou, mitra uji coba Inovio di China.
Seperti dilansir dari France24, uji coba praklinis telah menemukan bahwa dua aplikasi vaksin yang berbeda menghasilkan respons imun yang lebih kuat dan lebih seimbang. Hal itu diungkapkan ketua Advaksin Wang Bin dalam pernyataannya.
Ada beberapa jenis vaksin Covid, termasuk vaksin yang menggunakan virus yang tidak aktif atau dilemahkan untuk menghasilkan respons kekebalan, dan vaksin berbasis RNA atau DNA yang lebih canggih yang menggunakan versi rekayasa dari kode genetik virus corona untuk membuat protein yang aman. memicu respon imun.
Lima dari tujuh vaksin yang disetujui di China adalah vaksin inaktif dua suntikan.
Kemanjuran vaksin yang telah diterbitkan tertinggal dari tusukan RNA oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna, yang memiliki tingkat keberhasilan pra-Delta di atas 90 persen.
Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengatakan masih belum cukup data untuk mengatakan apakah menggunakan dua vaksin yang berbeda secara bersamaan aman atau dapat meningkatkan kekebalan.
Baca Juga: Istri Gitaris Dewa Putu Adhi Kesakitan di Rumah Sakit, Diselamatkan Mualaf China
Inovio belum mempublikasikan data kemanjuran apa pun dari uji klinis globalnya. Ini adalah vaksin berbasis DNA pertama yang diuji coba di China.
China sedang berjuang melawan wabah virus corona terburuk dalam beberapa bulan, dengan para pejabat mengatakan banyak dari mereka yang terinfeksi telah divaksinasi.
Ini telah menambah seruan bagi dua produsen vaksin terbesar China - Sinopharm yang dikelola negara dan Sinovac milik swasta - untuk memberikan data yang membuktikan jabs mereka bekerja melawan varian Delta.
Beijing belum menyetujui vaksin asing untuk penggunaan dalam negeri.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi