Suara.com - Komika Pandji Pragiwaksono menceritakan keberhasilannya menurunkan berat badan 16 kg dari 96 kg. Ia pun merasakan banyak manfaat kesehatan setelah berat badannya menurun.
Pandji Pragiwaksono mengaku sudah tidak lagi mengalami sleep apnea dan tidak mengorok keras hingga membuat napas berhenti ketika tidur.
"Di berat ini, banyak masalah kesehatan gue hilang. Gue jauh lebih segar. Dan entah ada hubungannya atau enggak. lebih sabar," kata Pandji Pragiwaksono dalam Instagramnya.
Sleep apnea adalah gangguan yang relatif umum di mana orang mengalami gangguan pernapasan ketika tidur. Pada apnea tidur obstruktif (OSA) yang merupakan jenis apnea tidur paling umum, gangguan pernapasan terjadi karena saluran udara bagian atas yang sempit atau tersumbat.
Kondisi ini mirip dengan seseorang bernapas melalui sedotan. Orang dengan OSA parah biasanya mengalami gangguan pernapasan lebih dari 30 kali per malam.
Beberapa masalah kesehatan bisa meningkatkan risiko sleep apnea, terutama orang dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Karena dilansir dari Sleep Foundation, kelebihan berat badan menyebabkan timbunan lemak di leher yang disebut lemak faring.
Lemak faring dapat menyumbat saluran napas bagian atas seseorang saat tidur ketika saluran napas sudah rileks. Kondisi inilah yang menyebabkan seseorang tidur mendengkur.
Selain itu, peningkatan lingkar perut dari kelebihan lemak dapat menekan dinding dada seseorang sehingga menurunkan volume paru-paru. Kondisi inilah yang membuat saluran napas bagian atas lebih mungkin kolaps ketika tidur, karena kapasitas paru-paru berkurang.
Risiko OSA terus meningkat dengan meningkatnya indeks massa tubuh. Bahkan kenaikan berat badan 10 persen dikaitkan dengan peningkatan enam kali lipat risiko OSA.
Baca Juga: Studi Baru Temukan bahwa Penularan Virus Corona di Toilet Umum Justru Rendah
Karena itu, menurunkan berat badan yang artinya mengurangi timbunan lemak di leher dan lidah bisa menyebabkan aliran udara terbatas. Pada akhrinya, menurunkan berat badan bisa meningkatkan volume paru-paru dan meningkatkan traksi saluran napas, sehingga membuat jalan napas cenderung tidak kolaps saat tidur.
Menurunkan berat badan juga dapat mengurangi banyak gejala terkait OSA, seperti kantuk di siang hari secar signifikan. Iritabilitas dan disfungsi neuropsikiatri lainnya juga meningkat secara nyata.
Namun, penurunan berat badan hanya 10-15 persen mengurangi keparahan OSA sebesar 50 persen pada pasien obesitas sedang. Sayangnya, meskipun penurunan berat badan dapat memberikan dampak baik pada OSA, biasanya tidak menyembuhkan secara total. Banyak pasien sleep apnea membutuhkan terapi tambahan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
-
29 Unit Usaha Syariah Mau Spin Off, Ini Bocorannya
-
Soal Klub Baru usai SEA Games 2025, Megawati Hangestri: Emm ... Rahasia
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
Terkini
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!