Suara.com - Meski tidak dikategorikan sebagai mainan anak-anak, faktanya gadget kini menjadi sahabat bagi banyak anak, termasuk anak di bawah umur. Di satu sisi, jika digunakan secara tepat, penggunaan gadget bisa memberi dampak positif bagi anak, terutama dalam hal pembelajaran dan hiburan.
Tapi, tak sedikit pula anak yang menggunakan gadget secara berlebihan, sehingga dampak yang ditimbulkannya menjadi cenderung negatif.
Dikatakan oleh Founder SEJIWA Diena Haryana dalam acara Digital Parenting 101, Kamis (16/9/2021), penggunaan gadget yang berlebihan pada anak, terutama anak di bawah umur, dapat membahayakan kesehatan mental anak.
“Ini yang jadi masalah, di mana keluarga membiarkan anak bermain gadget supaya mereka bebas merdeka. Jadi nggak ada contoh yang baik buat anak,” ungkapnya.
Penggunaan gadget pada anak bisa menyebabkan produksi dopamin yang berlebihan. Efeknya, anak merasa senang dan ketagihan bermain gadget.
“Ini dampak adiksi gadget. Entah karena games, pornografi, atau konten di media sosial yang bermunculan,” lanjut Diena.
“Begitu distimulasi dan dirangsang terus, maka terjadinya banjir dopamin. Dan ini bisa merusak otak di lima bagian. Bayangkan, itu bisa membuat kita bodoh. Jadi ini tidak main-main, bahkan bisa terjadinya kerusakan permanen,” ungkap Diena.
Tak hanya itu, penggunaan gadget berlebihan juga bisa membuat anak mudah emosi, terutama ketika orangtua mencoba membatasi penggunaan gadget. Anak akan melawan, sehingga pengaruh ini bisa mengubah karakter anak Anda.
“Nggak hanya fisik, tapi emosi juga. Bahkan ada kasus anak yang mau coba mencekik ibunya, dan mengancam mau membakar rumahnya gara-gara ayahnya terlalu membiarkan anak tenggelam bermain gadget,” ucapnya.
Baca Juga: Tips Jitu Menerapkan Kebiasaan Digital Sehat dalam Keluarga
Akibat penggunaan gadget yang berlebihan, anak bisa kehilangan karakternya sendiri. Tentunya, dampak ini bisa membuat anak kehilangan rasa hormat pada orang lain, serta kurangnya tanggung jawab.
“Jadi anak nggak ada empati, nggak ada respek sama orang lain. Kalau sudah begitu, etika sama moralnya sudah rusak,” pungkas Diena.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
5 HP Tahan Air Paling Murah untuk Keamanan Maksimal bagi Pencinta Traveling
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
Terkini
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru