Suara.com - Sejak awal masa pandemi, kehilangan penciuman secara tiba-tiba menjadi salah satu gejala Covid-19 yang dianggap tidak biasa. Meski sebagian pasien pulih dari kehilangan indera penciuman, sebagian lainnya tidak kembali normal.
Melansir Times of India, para ilmuwan dari Karolinska Institute Stockholm di Swedia, mulai melakukan tes komprehensif pada 100 orang yang tertular Covid-29 di gelombang pertama pandemi.
Temuan dari studi peer-review menunjukkan sekitar 18 bulan setelah pulih dari Covid-19, empat persen orang kehilangan indera penciumannya secara permanen.
Sepertiga lainnya memiliki kemampuan indera penciuman yang kurang, dan hampir setengahnya mengalami parosmia atau gangguan penciuman yang membuat penderitanya merasakan aroma yang tidak semestinya.
Tim penelitian menyimpulkan, sekitar 65 persen dari mereka yang pulih dari Covid-19 memiliki gejala kehilangan penciuman selama 18 bulan setelah tertular, dibanding 20 persen dari mereka yang tidak tertular virus.
"Mengingat jumlah waktu sejak gangguan awal pada sistem penciuman, kemungkinan masalah penciuman ini permanen," tulis studi menyimpulkan.
Di sisi lain, Badan Keamanan Kesehatan Inggris UK Health Security Agency mengatakan, penciuman yang hilang umum terjadi pada pasien yang tertular virus corona varian Omicron dibanding Delta.
Tetapi menurut pemimpin penelitian Johan Lundstrom, tidak ada data yang menunjukkan bahwa Omicron berkaitan dengan gejala parosmia.
Lebih lanjut, Johan mengatakan kehilangan penciuman yang parah dapat menyebabkan orang depresi dan mengubah pola makan mereka menjadi lebih buruk, sehingga menyebabkan berat badan bertambah.
Baca Juga: Update Covid-19 di Batam: Meningkat jadi 19 Orang Positif, Dua Kasus Baru dari Nongsa dan Lubukbaja
"Ketika Anda tidak bisa mencium bau, yang bisa Anda rasakan hanyalah lima kualitas rasa dasar, sensasi taktil dan rempah-rempah," ungkapnya.
"Mereka mungkin tidak mendapatkan kembali 100 persen penciuman sebelumnya. Tetapi kebanyakan dari mereka, dengan melakukan latihan, penurunan indera penciuman tidak memengaruhi kualitas hidup mereka," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- 5 Fakta Viral Kakek 74 Tahun Nikahi Gadis 24 Tahun, Maharnya Rp 3 Miliar!
- Promo Super Hemat di Superindo, Cek Katalog Promo Sekarang
- Tahu-Tahu Mau Nikah Besok, Perbedaan Usia Amanda Manopo dan Kenny Austin Jadi Sorotan
Pilihan
-
Cuma Satu Pemain di Skuad Timnas Indonesia Sekarang yang Pernah Bobol Gawang Irak
-
4 Rekomendasi HP Murah dengan MediaTek Dimensity 7300, Performa Gaming Ngebut Mulai dari 2 Jutaan
-
Tarif Transjakarta Naik Imbas Pemangkasan Dana Transfer Pemerintah Pusat?
-
Stop Lakukan Ini! 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Menguras Gaji UMR-mu
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
Terkini
-
Terungkap! Ini Rahasia Otak Tetap Prima, Meski di Usia Lanjut
-
Biar Anak Tumbuh Sehat dan Kuat, Imunisasi Dasar Jangan Terlewat
-
Toko Roti Online Bohong Soal 'Gluten Free'? Ahli Gizi: Bisa Ancam Nyawa!
-
9.351 Orang Dilatih untuk Selamatkan Nyawa Pasien Jantung, Pecahkan Rekor MURI
-
Edukasi PHBS: Langkah Kecil di Sekolah, Dampak Besar untuk Kesehatan Anak
-
BPA pada Galon Guna Ulang Bahaya bagi Balita, Ini yang Patut Diwaspadai Orangtua
-
Langsung Pasang KB Setelah Menikah, Bisa Bikin Susah Hamil? Ini Kata Dokter
-
Dana Desa Selamatkan Generasi? Kisah Sukses Keluarga SIGAP Atasi Stunting di Daerah
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya