Suara.com - Dampak dari invasi Rusia dinilai berpotensi menyebabkan penularan penyakit infeksi bakteri dan virus di Ukraina, terutama di tempat penampungan yang penuh sesak.
"Seperti yang telah kita lihat dalam perang selama bertahun-tahun, virus dan bakteri dengan senang hati mengeksploitasi situasi di mana manusia berada di bawah tekanan," kata ahli hubungan perang dan penyakit Universitas Nasional Irlandia Galway prof. Máire Connolly, dikutip dari Fox News.
Ia menambahkan bahwa faktor-faktor tersebut meningkatkan risiko wabah di antara populasi yang tengah menghadapi trauma pemindahan paksa di Ukraina.
Serangan Rusia juga telah menghambat laju transportasi, sehingga rumah sakit di Ukraina kehabisan pasokan medis vital. Petugas kesehatan memindahkan pasien ke tempat penampungan sementara karena korban sipil meningkat, di bawah ancaman ledakan setiap saat.
"Apa yang kita hadapi sekarang di Ukraina adalah krisis ganda," ucap Connolly.
Ia mencatat kalau kondisi perang tidak hanya berisiko terhadap lonjakan Covid-19, tetapi juga wabah polio Ukraina yang masih berlangsung.
Dia menggambarkan keadaan suram para pengungsi ketika melarikan diri ke tempat yang dianggap aman, tetapi justru berakhir dalam kondisi yang tidak bersih dan seringkali tidak aman bagi kesehatan. Juga wabah dari penyakit menular, seperti munculnya kembali tuberkulosis.
Ukraina termasuk negara dengan penanganan Covid-19 terburuk di dunia, karena tingkat vaksinasi yang rendah dibandingkan negara lain di Eropa.
"Saya patah hati dan sangat prihatin dengan kesehatan orang-orang di Ukraina dalam krisis yang meningkat," kata direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Baca Juga: Wali Kota Solo Kembali Terpapar COVID-19 yang Kedua Kalinya, Begini Kondisi Gibran
Pekan lalu, Tedros menyampaikan bahwa Ukraina hampir kehabisan pasokan oksigen ketika para pejabat AS menyebut militer Rusia menembaki ambulans dan rumah sakit.
“Mayoritas rumah sakit bisa kehabisan cadangan oksigen mereka dalam 24 jam ke depan. Beberapa sudah habis,” kata WHO.
Menambah situasi, para ahli memperingatkan konflik mungkin juga mengganggu limbah radioaktif sensitif yang disimpan di pembangkit nuklir Chernobyl yang dapat memicu bencana lingkungan lainnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
Wawancara Kerja Lancar? Kuasai 6 Jurus Ini, Dijamin Bikin Pewawancara Terpukau
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
Terkini
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global
-
Ubah Waktu Ngemil Jadi "Mesin" Pembangun Ikatan Anak dan Orang Tua Yuk!
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?